Wednesday, March 25, 2015

Review Retret ILF 2014: Instruksi Menyetarakan dan Menukar Diri dengan Mahkluk Lain (Poin Merenungkan kerugian mementingkan diri sendiri & Merenungkan manfaat mementingkan orang lain) 22032015

Pada retret Lamrim Desember 2015 lalu, Rinpoche membahas motivasi agung, yaitu mencapai Kebuddhaan demi kebaikan semua mahkluk Ibu-ibu kita. Setelah menjelaskan manfaat-manfaat menumbuhkan batin pencerahan (Bodhicitta), Rinpoche membahas mengenai bagaimana cara membangkitkan batin pencerahan. Dan pada kelas Review Retret Lamrim minggu ini akan membahas ulang mengenai melatih batin dengan instruksi Menyetarakan dan Menukar diri dengan mahkluk lain.

Instruksi ini berasal dari Arya Santideva. Sehingga Attha membuka kelas dengan menjelaskan sedikit biografi dari Arya Santideva. Siapakah Arya Santideva? Klik di sini.


Instruksi Menyetarakan dan Menukar Diri dengan Mahkluk Lain

Attha membacakan bait pada buku Liberation:
"Batin yang mementingkan diri sendiri paling bertanggung jawab atas semua hal yang tak menyenangkan terjadi pada diri kita. Hal ini termasuk kejahatan yang dilakukan orang lain terhadap kita, contohnya dengan menggunakan senjata atau racun, begitu juga yang dilakukan kepada kita oleh dewa-dewa duniawi, para naga dan mahkluk hidup bukan manusia lainnya. Bahkan batin yang mementingkan diri sendiri bertanggung jawab ketika kita terlahir kembali di alam-alam neraka, setan kelaparan, atau binatang dan seterusnya, karena semua akibat tersebut disebabkan oleh keyakinan ang jahat bahwa membunuh atau merugkan mahkluk lain, sifat kikir, dan perilaku lainnya yang sejenis, merupakan cara untuk memperoleh kebahagiaan bagi diri kita sendiri."


Tidak ada salahnya kita mencari kebahagiaan, namun yang salah adalah cara mendapatkan kebahagiaan tersebut. Kita salah kaprah menilai sesuatu yang tidak murni sebagai murni, tidak kekal sebagai kekal, dan sebagainya. Batin yang mementingkan diri sendiri ini sangat buruk, buktinya kita masih di dalam samsara, tidak seperti Buddha. Buddha dulunya sama seperti kita, tapi bedanya, Buddha bukan anak-anak lagi. Anak-anak itu memikirkan diri sendiri sehingga masih di samsara. Sedangkan Buddha memikirkan orang lain sehingga bebas dari samsara.

Banyak argumen-argumen yang bisa kita gunakan untuk melawan batin yang mementingkan diri sendiri ini. Batin yang mementingkan diri sendiri ini besar, bulat dan padat. Batin ini yang kita bawa kemana-mana selalu. Jika kita ingin menguranginya, kita harus mempraktikkan instruksi ini. Hal ini bukanlah hal-hal yang sulit dimengerti. Phabongka Rinpoche mengatakan bahwa kesalahan tersebut disebabkan oleh perbedaan persepsi. Diibaratkan dengan di sini dan di situ. Apabila di sini dipindah menjadi di situ, di situ akan menjadi di sini.

Ketika kita belum dapat mempraktikan seluruhnya, ibarat akar yang menjadi obat bukan keseluruhan pohon, hanya mempraktikkan instruksi ini sedikit saya akan memberikan manfaat yang manjur. 

Eka Agustian kemudian menambahkan dengan perumpamaan, kita sangat menyukai suatu makanan tertentu dan sudah 20 tahun tidak memakannya, kita diberikan sepotong makanan tersebut. Kemudian kita bayangkan ada diri kita yang lain di depan kita. Diri kita sendiri. Apakah kita rela memberikan makanan tersebut? Pada dasarnya orang lain sama seperti kita, menginginkan kebahagiaan juga. Jadi mengapa kita begitu mementingkan diri kita sendiri.

Pada kelas selanjutnya, akan dibahas poin-poin ini lebih mendetail.
1. Memeditasikan kesetaraan diri dengan mahkluk lain
2. Merenungkan dalam banyak cara mengenai kesalahan-kesalahan mementingkan diri sendiri
3. Merenungkan dalam banyak cara mengenai manfaat-manfaat mementingkan orang lain

4. Melatih praktik utama menukar diri dengan mahkluk lain

5. Memeditasikan pada praktik memberi dan mengambil




Review Retret ILF 2014: Lanjutan Tujuh Tahap Sebab Akibat & 7 Poin Instruksi Latihan Batin 15032015

Kelas Minggu, 15 Maret 2015,  dimoderatori oleh Attha Suryadharma (ko Attha). Kelas kali ini dimulai dengan perkenalan singkat karena dihadiri beberapa sahabat yang baru hadir di center Jakarta. Mereka adalah Hadi, Santi, dan Anton (dari center Jogya) dan Ratna (dari center Depok)

Seusai perkenalan singkat, Ko Attha pun memulai kelas dengan me-review topik minggu kemarin. Karena ada yang baru hadir maka Ko Attha pun menjelaskan cara penyampaian kelas Dhamma di Center Jakarta. Kelas Dhamma ini mengacu kepada Lamrim sebagai kurikulum. Hal ini dikarenakan Lamrim merupakan intisari ajaran-ajaran Sang Buddha yang telah disarikan dan diurutkan secara sistematis. Lamrim juga bebas dari kontradiksi dan juga sekaligus menghilangkan kesalahpahaman dari mengkotak-kotakan ajaran Sang Buddha.

Ko Attha menjelaskan bahwa kita tidak seharusnya mengagungkan salah satu Kendaraan dan memandang rendah lainnya (Hinayana dan Mahayana) ataupun mengagungkan salah satu topik dalam Lamrim dan memandang rendah lainnya. Sikap ini akan menjadikan kita melakukan kesalahan besar yaitu menolak Dhamma. Kesalahan ini sangat berat konsekuensinya karena untuk bisa menjadi Buddha yang lengkap dan sempurna kita memerlukan keseluruhan tahapan jalan dan Dhamma Sang Buddha untuk melepaskan semua kilesa serta mendapatkan kebijaksanaan superior.

Kenapa Lamrim bisa bebas dari menkotakkan ajaran Buddha? Hal ini dijelaskan bahwa, meskipun Lamrim mengajarkan ajaran Mahayana untuk mencapai kebuddhaan yang lengkap dan sempurna, namun di dalam lamrim juga diajarkan step by step dari ajaran Buddha untuk mencapai pembebasan.

Lamrim memuat 3 motivasi dari seorang yang telah berlindung, yaitu:

1. Motivasi awal;

Seseorang baru disebut sebagai penganut Buddhisme apabila ia telah memiliki motivasi awal. Motivasi ini adalah keinginan bahwa kehidupan mendatang ia ingin lebih berbahagia dari kehidupan saat ini. Sehingga ia tidak hanya memikirkan kehidupan saat ini saja melainkan juga telah memikirkan kehidupan yang akan datang. Dengan memiliki motivasi awal ini, seseorang akan menjaga perilaku dan pikirannya agar kehidupan mendatang bisa terlahir lagi di alam yang bahagia.

2. Motivasi menengah; 

Setelah lebih menyadari bahwa kehidupan mendatang yang lebih baik bukanlah akhir dari samsara, maka mereka yang menyadari hal tersebut melatih diri untuk menolak samsara agar bisa memutus rantai samasara dan mencapai kebebasan pribadi.

3. Motivasi agung; 

Melihat betapa bahagianya pembebasan samsara, beberapa orang memiliki motivasi untuk tidak hanya berjuang membebaskan diri dari samsara melainkan juga bertekad menyelamatkan semua makhluk untuk bebas dari samsara. Pencapaian bagi yang memiliki motivasi agung adalah kebuddhaan yang lengkap dan sempurna untuk kepentingan semua makhluk.

Kemudian Ko Attha menjelaskan bahwa untuk bisa merealisasikan ajaran maka diperlukan perenungan. Karena melalui perenunganlah realisasi baru bisa dicapai. Sehingga kelas di Center Jakarta akan di-combine antara teori dan perenungan.

Ko Attha pun melanjutkan review topik minggu lalu, dimana untuk bisa membangkitkan bodhicitta perlu melatih instruksi “Tujuh Tahap Sebab Akibat” dan “Tujuh Poin Instruksi Latihan Batin”.
Untuk instruksi tujuh tahap sebab akibat, Ko Attha mengulangi lagi poin utamanya yaitu kita harus melatih:
a. Melatih keseimbangan batin
b. Mengenali semua makhluk sebagai ibu – ibu kita
c. Mengingat kembali semua kebaikkan ibu – ibu kita
d. Membalas kebaikan ibu – ibu kita
e. Mengembangkan Cinta kasih dengan menganggap semua makhluk sebagai yang terkasih
f. Mengembangkan welas asih agung

Kemudian Ko Attha membahas poin selanjutnya yaitu Tekad yang luar biasa dan Membangkitkan batin pencerahan. Poin “Tekad yang luar biasa ini” dimaksudkan bahwa kita harus mengambil tanggung jawab untuk menyelamatkan ibu – ibu kita bagaimanapun caranya yang dilakukan sesegera mungkin, bukan hanya sekedar berpikir bahwa kita harus menyelamatkan ibu – ibu kita.

Poin terakhir tentang “Membangkitkan batin pencerahan” menyadarkan kita, setelah kita berani mengambil tanggung jawab (tekad yang luar biasa) untuk menolong ibu – ibu kita, ternyata itu saja tidak cukup. Kita tidak memiliki cara untuk membawa bahkan satu makhluk pun ke kebahagiaan tertinggi. Oleh sebab itu kita perlu mencari siapakah yang mampu, apakah dewa? Ternyata bukan, Arahat, dan Praceka Buddha juga bukan. Bodhisatva pun belum mampu. Hanya Buddha yang tercerahkan sempurna lah yang mampu memenuhi kesejahteraan semua makhluk dengan tanpa upaya. 

Oleh sebab itu pada poin ini kita seharusnya merenungkan kembali aneka macam kualitas yang diperoleh dengan mencapai Kebuddhaan pada topik “Berlindung” agar kita bisa mengembangkan keyakinan yang mendalam bahwa kita mutlak perlu mencapai kemahatahuan agar bisa bermanfaat bagi semua makhluk.

Setelah merampungkan “Tujuh Tahap Sebab Akibat”, Ko Attha melanjutkan ke Tujuh Poin Instruksi Latihan Batin dengan menjelaskan silsilah ajaran ini. Ko Attha mengatakan kita harus berbangga karena silsilah ini dipegang oleh YM Serlingpa Dharmakirti, dimana beliau adalah guru Buddhisme yang merupakan orang Indonesia.

Poin instruksi ini diawali mirip seperti tujuh tahap sebab akibat yaitu kita harus memeditasikan bahwa kita adalah setara dengan makhluk lainnya. Kita harus menyadari bahwa kita dan makhluk lainnya memiliki keinginan yang sama yaitu sama sama ingin berbahagia dan menghindar dari penderitaan.

Instruksi ini dilanjutkan dengan merenengkan kesalahan mementingkan diri sendiri dan merenungkan manfaat mementingkan makhluk lain. Apakah benar bahwa kebahagiaan terkecil yang kita peroleh seperti bisa memperoleh makanan ketika sedang lapar adalah karena batin yang mementingkan makhluk lain?


Mari kita baca buku Pembebasan di Tangan Kita dari halaman 237 – 248 untuk didiskusikan minggu depan.


Arya Santideva


Arya Santideva lahir di kota Saurastra, di Utara Bodhgaya. Ia merupakan anak Raja Kusalavarma dan Ratu Vajrayogini. Semenjak kecil. Pangeran Santivarman (nama kecil Arya Santideva) menunjukan keahliannya dalam semua ilmu pengetahuan. Ketika berumur 6 tahun, Ia bertemu dengan seorang Yogi yang kemudian memberikannya inisiasi dan ajaran Manjusri. Dari praktik inilah, kemudian Beliau dapat melihat secara langsung Manjusri dan menerima ajaran secara langsung.

Pangeran Santivarman merupakan pewaris tahta kerajaan. Setelah ayahnya meninggal, Ia siap untuk dinobatkan menjadi raja baru. Namun, ia memimpikan Manjusri sebelum penobatannya. Manjusri duduk di atas tahta dan berkata: "Tahta ini milikku karena Aku adalah Gurumu. Tidaklah pantas, kita berdua duduk di tahta yang sama."

Di malam yang sama, Tara menampakkan dirinya dalam mimpinya dalam wujud Ibunya. Ia menuangkan air panas di atas kepalanya, dan berkata: "Kedudukan raja seperti air panas neraka: suatu situasi yang akan kamu segera masuki." Dan ketika Ia bangun, Ia melihat menjadi raja seperti pohon beracun dan dia meninggalkan kerajaannya.

21 hari setelah pelariannya, Santideva merasa sangat haus dan mencari air. Ia menemukann mata air di tengah-tengah hutan. Ketika hendak meminumnya, seorang gadis muncul dan melarangnya karena beracun. Ia kemudian memberikan air yang menghilangkan dahaganya dan mengarahkannya kepada seorang Yogi yang membukakan banya pintu kebijaksanaan dan konsentrasinya. Yogi ini adalah manifestasi dari Manjusri dan gadis tadi adalah manifestasi dari Tara.

Ketika meninggalkan hutan, Santideva membawa pedang kayu yang merupakan simbol pedang kebijaksanaan milik Manjusri. Ia berangkat ke Kerajaan Pancamasimha. Raja negeri tersebut mengakui Santideva sebagai orang yang sangat bijaksana dan cakap dalam semua ilmu pengetahuan dan menunjuknya sebagai salah satu menterinya.Santideva menerima posisi ini dan selama masa jabatannya ia memperkenalkan keterampilan berbagai kerajinan ke kerajaan.

Meskipun santideva selalu dilakukan tugasnya sesuai dengan Dharma, menteri lain merasa sangat cemburu dan memberitahukan pada raja bahwa Santideva adalah penipu. Ia mengeklaim fakta bahwa pedang Santideva hanya terbuat dari kayu sebagai buktinya. Dalam rangka menyelidiki tuduhan ini, raja memerintahkan semua menteri untuk menunjukkan pedangnya. Santideva memperingatkan raja bahwa dengan melihat pedangnya akan menyebabkan banyak kerugian. Tapi raja tidak percaya dan bersikeras agar Santideva mematuhi perintah kerajaan. Ia kemudian mengatakan kepada raja untuk menutup mata kanannya dan hanya melihat dengan mata kirinya. Raja melakukan sesuai yang disarankan. Setelah melihat sinar yang luar biasa dari pedang kayu Santideva, mata kiri raja jatuh. Santideva mengambilnya dan mendorongnya kembali ke dalam rongga mata raja, menyembuhkan sepenuhnya. Sang Raja menyadari bahwa Sintideva sebenarnya adalah seorang Siddha yang hebat, dan keyakinan tumbuh dalam hatinya. Raja kemudian membuat banyak persembahan untuk Santideva dan memintanya untuk tetap di kerajaannya. tapi Santideva menolak. Ia mendorong Raja untuk memerintah
kerajaannya sesuai dengan Dharma dan menyarankan 20 fondasi Dharma ditegakkan. Kemudian Santideva meninggalkan kerajaan menuju biara pusat Nalanda.untuk pusat biara Nalanda.

Di Nalanda, ia menerima pentahbisan biksu dari kepala biara Jayadeva dan memberikannya nama Santideva. Selama tinggal di Nalanda, ia menerima ajaran-ajaran dari Manjusri dan merealisasikan banyak sekali ajaran Sutra dan Tantra. Dengan mengatasi semua gangguan internal dan eksternal
ia mencapai realisasi tertinggi tahapan jalan.

Dari luar, ia tampak seperti orang yang hanya makan 5 kali sehari tanpa bekerja, belajar dan bermeditasi. Karena hal ini, beberapa bhiksu menjulukinya sebagai Bhu-Su-Ku sebagai: "Orang yang hanya makan, tidur dan buang air besar."Tidak memiliki kewaskitaan, mereka tidak tahu sejauh mana realisasi Santideva dan mengatakan "Santideva tidakpernah terlibat dalam salah satu dari ketiga aktivitas yang diharuskan untuk seorang bhiksu sehingga ia harus diusir dari biara."
Karena sulit untuk mengusirnya, mereka memutuskan untuk mempermalukan dirinya sehingga ia meninggalkan biara atas kemauannya sendiri. Rencana mereka adalah meminta setiap biksu untuk membaca Sutra Pratimoksha, berpikir bahwa Santideva tidak dapat melakukan hal ini dan dengan demikian akan meninggalkan biara dengan malu.

Awalnya, Santideva menolak permintaan mereka, tapi karena mereka bersikeras, ia mengatakan kepada mereka bahwa ia akan melakukan pembacaan jika mereka membangun tahta untuknya duduk. Mereka setuju dan membangun tahta yang sangat tinggi tanpa ada pijakan dengan berpikir bahwa Santideva tidak akan dapat duduk di atasnya. Ketika Santideva hendak menduduki tahta tersebut, ia mengulurkan tangan, dan mendorong tahtanya turun dengan kekuatan magis dan mendudukinya dengan mudah. Ia menanyakan pada para bhiksu apakah mereka ingin Santideva membacakan sutra yang pernah diajarkan atau yang belum pernah didengar sebelumnya. Mereka menjawab bahwa mereka ingin Santideva membaca sesuatu yang belum pernah mereka dengar sebelumnya. Kemudian Santideva membaca Bodhicaryavatara, dimulai dengan bait berikut:

"Dengan hormat aku bersujud kepada Sang Sugata
Yang menyandang Dharmakaya
Juga kepada para putranya yang mulia
Dan kepada semua yang pantas untuk dihormati"

Ketika sampai pada bab sembilan yaitu tentang kebijaksanaan dan pandangan mendalam mengenai kesunyataan, ia naik ke atas udara. Saat ia pergi lebih tinggi dan lebih tinggi, tubuhnya menghilang dari pandangan, namun suaranya masih terdengar dengan jelas.

Kemudian orang-orang yang memiliki kewaskitaan dalam mendengar dan mereka yang mempunyai ingatan sempurna mencatat perkataan Santideva. Namun terdapat perbedaan dalam versi yang tercatat. Versi India Tengah (Magadha) berisi seribu stanza, versi Bengal Timur berisi kurang dari delapan ratus stanza (memiliki kekurangan bab pengakuan dan kebijaksanaan), dan versi Khasmit berisi lebih dari seribu stanza (tidak termasuk bait salam). Tidak pasti versi mana yang mencatat semua yang dikatakan Santideva.

Mendengar bahwa Santideva berada di Sri Daksina Kalinga (bagian dari Trilinga), tiga pandita pergi menemuinya. Mereka mengundang kembali ke Nalanda, namun Santideva menolak. Mereka menanyakan versi Bodhicaryavatara mana yang paling akurat dan Santideva mengatakan bahwa versi Magadha yang paling benar. Mereka kemudian juga menanyakan keberadaan Teks Siksasamuccaya yang sebelumnya disarankan untuk mereka pelajari. Ia mengatakan teks tersebut dapat ditemukan di lemari rumah tuanya di Nalanda. Lalu Santideva memberikan ajaran mengenai dua teks tersebut.

Di hutan yang sama di mana Santideva tinggal, ada biara yang ditinggali lima ratus Bhiksu. Beberapa biksu ini melihat hewan memasuki gua Santideva tetapi tidak melihat mereka keluar lagi. Mereka kemudian menduga Santideva membunuh mereka. Dengan hati-hati mereka mengamati gua, mereka menemukan bahwa hewan-hewan tersebut meninggalkan gua dalam kesehatan yang baik. Mereka merasa menyesal karena telah memendam pikiran negatif. Mereka meminta Santideva untuk tetap tinggal di hutan dan mengajar, tetapi dia melepas jubah bhiksunya dan pergi ke India Selatan untuk menjalani kehidupan seorang pertapa pengembara.

Suatu waktu, Santideva sedang lewat, seorang perumah tangga melemparkan air sisa cuciannya keluar dari pintu. Ketika jatuh di kaki Santideva dan mulai mendidih seperti air yang dituangkan di atas besi panas. Perumah tangga tersebut kaget dan bingung atas kejadian aneh tersebut. Pada saat yang sama, seorang guru non-Buddhis bernama Sankaradeva bermaksud menantang seorang pandita Buddhis. Ia kemudian menemui Raja Khatubidhari yang memimpin wilayah tersebut. Kondisi yang diajukannya untuk pertandingan tersebut adalah bagi siapapun yang kalah diharuskan menerima doktrin sang pemenang dan tempat berdoanya akan dihancurkan. Ia meminta raja untuk menjadi saksi atas pertandingan tersebut. Raja setuju dan mengirimkan utusan untuk menginformasikan pertandingan ini kepada komunitas Buddhis. Mereka menjawab bahwa tidak ada seorang Buddhis yang sanggup menerima tantangan ini dan raja merasa kecewa.

Saat itu, pemilik rumah yang telah melemparkan air ke kaki Santideva datang untuk memberitahukan raja mengenai insiden tersebut dan menanyakan siapa pertapa misterius tersebut. Setelah mendengar cerita perumah tangga tersebut, raja segera mengirimkan utusan ke segala penjuru untuk menemukan pertapa misteruys tersebut. Setelah lama mencari, Santideva ditemukan duduk di bawah pohon sebagai pengemis. Santideva menerima tantangan guru non-Buddhis tersebut. Ia meminta agar disediakan air dalam pot, pakaian dan api agar dapat membersihkan diri untuk acara tersebut.

Sebuah kerumunan besar orang datang untuk menonton perdebatan. Para kontestan duduk di atas dua buah tahta di tengah. Raja Khatibidhari duduk dengan para menterinya di sebelah kirinya dan pandita lain di sebelah kanannya. Perdebatan pun dimulai. Tidak butuh waktu lama bagi Santideva mengalahkan Sankaradeva. Sankaradeva kemudian menantang Santideva untuk menunjukan kemampuan magisnya. Sankara kemudian menggambar Mandala Siva di atas langit. Ketika Sankara selesai menyelesaikan gerbang timur mandala, Santideva memasuki samadhi angin destruktif dan tiba-tiba angin yang sangat kencang bertiup. Raja, menteri dan para penonton tumbang, area sekelilingnya rusak dan ditutupi dengan debu. Sankaradeva dan mandalanya terbang seperti burung yang terbawa badai ganas. Seluruh area tesebut diliputi kegelapan. Tiba-tiba, Santideva menembakan cahaya yang sangat terang dari antara alis matanya dan angin pun berhenti.Seketika semua orang pulih dari cobaan tersebut dan seluruh area menjadi bersih dan teratur kembali. Untuk memenuhi kondisi kompetisi tersebut, kuil non-Buddhis ditutup, dan banyak non-Buddhis memeluk ajaran Buddha. Di tempat tersebut kemudian dikenal sebagai sebagai "Kekalahan non-Buddhis."

Suatu ketika beberapa non-Buddhis filsuf menghalami kesulitan dengan mata pencaharian mereka, Santideva membuat makanan melalui kekuatan gaib dan kemudian mengarahkan mereka secara bertahapuntuk berpraktik Dharma. Pada kesempatan lain, terdapat bencana kelaparan, dan ribuan orang meninggal kelaparan. Santideva menyelamatkan dan memberikan mereka ajaran yang dapat mengarahkan mereka pada kebahagiaan. Di Ariboshana Timur, hiduplah seorang raja yang memiliki orang-orang jahat berkonspirasi melawan dia. Santideva membantu raja menangkal bahaya ini dan menyebabkan dia dan semua bawahannya ke jalan kebaikan. Pada lain waktu, Santideva mencegah perang dengan menguraikan Dharma suci dan menunjukkan pihak yang bertikai cara yang benar untuk mencapai kebahagiaan.

Ini hanya beberapa contoh dari perbuatan agung Santideva, Bodhisatva Agung, yang dilakukan selama kehidupannya dan kemudian membuatnya ia dihormati sebagai salah satu Guru India terbesar sepanjang masa.

Sumber:
Indian Buddhist Pundits, From "Jewel Garland of Buddhist History" page 67-72
Translated from the original Tibetan Text by Lobsang Norbu Tsonawa

Tuesday, March 17, 2015

KCJ Goes To Kwik Kian Gie School Of Business



Kadam Choeling Jakarta kembali mendapatkan kesempatan baik untuk menyebarluaskan Tsa-Tsa Buddha Sakyamuni di Jakarta. Kesempatan kali ini datang dari daerah Jakarta Utara tepatnya dari KMB Dharma Artha Kwik Kian Gie School Of Business. Pada Sabtu 14 Maret 2015, KMB Dharma Artha mengadakan Dhamma Talk dengan Tema Regretless Love “Bukan sekedar cinta, namun mengenai pengorbanan, ketulusan, & kepercayaan” di Auditorium Kwik Kian Gie. KCJ berkesempatan untuk membuka meja bazaar dan menyebarluaskan Tsa-Tsa serta transkrip “Kesabaran” untuk para undangan dan panitia. Di acara tersebut telah disebarluaskan 89 Tsa-Tsa Buddha Sakyamuni dan 126 buah transkrip “Kesabaran”.
Terima kasih kepada KMB Dharma Artha atas kesempatan baik yang telah diberikan. Semoga Tsa-Tsa dan transkrip yang telah tersebar dapat memberikan manfaat sebaik-baiknya dan dapat meningkatkan kesadaran akan Buddha Dharma di kalangan Buddhis Jakarta.




Thursday, March 12, 2015

Kelas Yoga di Center Jakarta Kebon Jeruk (Premiere)


Dalam rangka menunjang kesehatan sekaligus praktek spiritual dari anggota KCJ maka KCJ-ers sepakat untuk mengadakan kelas yoga. 
Kelas yoga ini sendiri dibawakan oleh Jimmy Wilopo (yang akrab dipanggil Jipang / Master Ji) yang dengan sukarela membagi ilmunya untuk KCJ-ers.

Alhasil, Hari sabtu tanggal 7 Maret 2015, pukul 16.30 dimulailah kelas yoga perdana di Center Jakarta Kebon Jeruk. Sebagai pembuka, Master Ji membimbing peserta dengan pemanasan gaya kupu-kupu (bukan gaya renang lho ya). Gerakan ini dilakukan dengan  mengatupkan kedua telapak kaki dan lutut digerakkan ke atas dan ke bawah, dikepakkan seperti kupu-kupu. Master Ji menjelaskan bahwa gerakan ini bermafaat untuk organ reproduksi, vitalitas, dan kelancaran menstruasi pada wanita. 

Master Ji juga menjelaskan bahwa sebaiknya gerakan dimulai dari bagian kiri dahulu untuk membantu kerja jantung untuk memompa darah bersih ke seluruh tubuh dengan lebih baik sehingga lebih siap untuk gerakkan yang lainnya.

Seuasi pemanasan, kelas yoga dimulai dengan berlindung dan kemudian dengan posisi duduk sila teratai (atau setengah teratai) menghirup napas dan mengeluarkannya sambil berkata OM panjang. Master Ji juga menginstruksikan untuk memvisualisasikan huruf OM di atas kepala dan ketika mengeluarkan napas, bayangkan OM ini meleleh seperti ada siraman dari atas kepala hingga seluruh tubuh. Pengambilan napas ini dilakukan beberapa kali.

Setelah itu, peserta diajak Master Ji untuk memulai gerakan – gerakan yoga. Master Ji menjelaskan ada banyak jenis yoga. Yoga kita lakukan saat itu termasuk jenis yoga asana dan pranayama. Gerakan ini dimulai dari meremaskan kaki dan meregangkannya lalu memutar engkel kaki dilanjutkan terus hingga peregangan tungkai kaki, pinggul, pinggang, hingga kepala yang disertai dengan latihan pernapasan di setiap gerakanya. Master Ji meminta peserta untuk melatih pelan-pelan pernapasan perut, karena menurut guru beliau pernapasan perut adalah yang terbaik. Pernapasan juga hanya boleh keluar masuk melalui hidung saja.

Bagi pemula seperti penulis yang belum pernah sama sekali melakukan yoga, beberapa gerakkan cukup sulit dilakukan akibat ketidaklenturan badan yang sudah sangat lama tidak dilatih. Akan tetapi hal tersebut tidak menyurutkan tekad penulis dan peserta lainnya untuk mengikuti setiap gerakkan yang diinstruksikan oleh Master Ji.



Dari setiap gerakkan yang dilakukan, tampaknya para peserta (termasuk penulis) sangat memfavoritkan gerakan yang bernama Savasana. Dimana gerakkan ini adalah tidur terlentang dengan posisi kaki sedikit terbuka dan tangan ada di samping badan. Gerakkan ini sangat melegakan setelah melakukan gerakan – gerakan pendahulunya. Sayangnya, Savasana bukanlah penutup dari kelas ini (^.^).

Kelas pun dilanjutkan dengan beberapa gerakkan lagi dan ditutup dengan gerakan dari pranayama yoga yang bernama Nadi Sodhana. Gerakkan dilakukan peserta dengan cara bernapas melalui salah satu lubang hidung bergantian kiri dan kanan sambil jari telunjuk dan jari tengah memegang dahi di tempat cakra mata ketiga. Latihan ini dijelaskan oleh Master Ji berguna untuk membantu menghilangkan stres, pikiran yang kacau, dan sangat bermanfaat untuk membantu menenangkan pikiran sebelum memulai meditasi.

Sebagai penutup, Master Ji menjelaskan bahwa pertemuan selanjutnya akan diajarkan gerakan Surya Namaskar, dan juga cakra - cakra yang berhubungan dengan masing-masing gerakan.

Bagi penulis sendiri, harus diakui bukan hal yang mudah mengikuti setiap gerakkan tapi efeknya sangat luar biasa. Pegal – pegal yang dirasakan oleh penulis hilang, badan terasa ringan dan tidur pun jauh lebih nyenyak.


Jadi tunggu apa lagi... Yukkk...  gabung di kelas Yoga KCJ...


Tuesday, March 10, 2015

Review Retret ILF 2014: 7 Poin Instruksi Sebab dan Akibat (Cinta Kasih dan Welas Asih Agung) 08032015




“Fake it ‘till you make it...Fake it ‘till you become it” – Jimmy


Pada minggu kedua bulan maret ini, kelas regular kembali mengulas ILF 2014 yang dijalani Desember 2014 lalu. Kelas regular kali ini kedatangan beberapa orang baru, yaitu Siswanto, Aprianti, dan Anita. Jadi untuk memulai kelas, moderator Jimmy dan Eddy Harsono, menanyakan alasan datang jauh-jauh ke center untuk ikut kelas. Beberapa pendapat dikemukakan, dan bermuara pada rasa ingin memanfaatkan lebih ajaran Buddha Dharma yang telah dipelajari. Ko Jimmy mengumpamakan ,untuk mendapatkan pekerjaan yang baik yang dapat memberikan kesejahteraan, kita perlu put a lot of effort pilih jurusan yang baik. Kita harus belajar yang keras, mempersiapkan diri, dan bahan-bahan ketika mau interview, semata-mata supaya user kita kagum dan mengakui bahwa kita mampu di bidang yang kita tekuni tersebut. Tapi, ada hal lain yang kita lupakan, yang sebenarnya jauh lebih esensial, yaitu mengurus batin kita. Kita tidak pernah belajar, siapkan bahan apapun, kalaupun ada hanya sedikit sekali, untuk menghadapi "interview" ujian batin, which is showtime-nya saat kematian datang. Kalau urusan mencari pekerjaan, apabila kita tidak capable, mungkin konsekuensinya hanya tidak dipekerjakan. Namun saat menghadapi kematian, apabila kita tidak mempersiapkannya, kita akan jatuh ke tiga alam rendah. Belajar Dharma secara sungguh-sungguh merupakan cara kita menghadapi kematian tersebut.
Kelas regular kali ini akan melanjutkan pembahasan metode melatih batin menurut Instruksi Tujuh Tahap Sebab Akibat dengan sebelumnya mengulang kembali Outline Lamrim agar kita dapat tahu letak persisnya pembahasan hari ini. Instruksi Tujuh Tahap Sebab Akibat terdiri dari 8 bagian:

  1. Keseimbangan batin yang tanpa batas,
  2. Mengenali semua mahkluk sebagai ibu-ibu kita,
  3. Mengingat kembali kebaikan semua ibu-ibu kita,
  4. Mengembangkan keinginan untuk membalas kebaikan mereka,
  5. Cinta kasih yang menganggap semua mahkluk sebagai yang terkasih,
  6. Welas asih, 
  7. Tekad yang luar biasa, dan 
  8. Batin Pencerahan

Pada pembahasan sebelumnya oleh Ko Hendra Wijaya, Instruksi Tujuh Tahap Sebab Akibat ini telah sampai poin keempat dan akan dilanjutkan poin kelima. Namun, sebelum memasuki poin kelima, ada sebuah pertanyaan mengenai mengingat kembali kebaikan semua makhluk sebagai ibu-ibu kita. Apabila kita dilahirkan sebagai yatim piatu yang tidak mengenal kasih sayang ibu ataupun sebagai anak yang diperlakukan kasar oleh orang tua, untuk ingat kebaikan ibu kita saja sulit lalu bagaimana bisa keinginan untuk membalas kebaikan mereka itu muncul? Betul, akan sangat sulit sekali untuk dapat mengenali kebaikan ibu kita,  namun bukannya tidak mungkin untuk bisa mengenali hingga muncul keinginan untuk membalas kebaikan ibu-ibu kita. Dalam teks, ibu-ibu kita disebut sebagai motherbeings karena para guru besar ingin memudahkan kita mengenali kebaikan semua makhluk, yaitu melalui ibu kita sendiri karena ibu adalah makhluk yang paling dekat, paling sayang kepada kita, dan bersedia mengorbankan apapun, termasuk dirinya, demi kita. Akan tetapi, bukan berarti "ibu" disini hanya terbatas pada ibu kandung yang melahirkan kita. Bisa saja sejak kecil kita diasuh oleh kakak kita, nenek kita, atau orang lain yang bukan ibu kandung kita. Kita juga bisa merenungkan kebaikan yang dimaksud para guru melalui mereka. Dengan cara ini, kita bisa mengingat kebaikan orang sekitar kita dan membangkitkan keinginan untuk membalas kebaikan mereka. Apabila masih belum bisa juga melihat kebaikan-kebaikan tersebut, kita bisa menggunakan metoda “fake it ‘till you make it. fake it ‘till you become it.”. Dengan berpura-pura, diharapkan batin dapat terbiasa hingga ingatan dan rasa ingin membalas kebaikan semua makhluk benar-benar muncul secara spontan.


5)      Cinta kasih yang menganggap semua mahkluk sebagai yang terkasih
  Dengan menjalankan dan memeditasikan 4 poin sebelumnya, cinta kasih akan muncul dengan  sendirinya. Cinta kasih akan menghasilkan 8 keuntungan, yaitu :
a)      Dewa dan manusia akan berteman denganmu,
b)      Dewa dan manusia akan melindungimu,
c)       Engkau akan mendapatkan kesenangan,
d)      Engkau akan mendapatkan banyak kebahagiaan,
e)      Racun tidak akan bisa melukaimu,
f)       Senjata tidak akan bisa melukaimu,
g)      Engkau akan mencapai tujuan-tujuanmu dengan mudah, dan
h)      Engkau akan terlahir kembali di alam Brahma.
6)      Welas Asih
   Di salah satu bait pembuka Pengantar ke Jalan Tengah, Chandrakirti yang agung menuliskan :
Welas asih itu sendiri diketahui sebagai benih dari panen sempurna Para Penakluk,
Air yang membuatnya tumbuh, dan caranya membuahkan hasil--
Memastikan bahwa buah tersebut akan dinikmati dan tetap ada dalam waktu yang lama.
Karena alasan ini, Aku memuji welas asih sejak dari awal
Welas asih sangat penting di awal praktik spiritual bagaikan benih untuk mencapai pencerahan. Welas asih pun penting sebagai penyemangat selama periode menjalankan aktivitas bagaikan air dan pupuk yang membantu benih untuk tumbuh berkembang. Pada akhirnya, welas asih penting diakhir praktik yang berfungsi sebagai suatu cara yang mana semua aktivitas demi semua makhluk dari seorang Buddha berlangsung terus tanpa terganggu.

Kekuatan batin pencerahan kita sepenuhnya ditentukan oleh welas asih kita. Alasan mengapa beberapa Bodhisatwa melewati tingkatan jalan lebih cepat dari yang lain adalah juga karena welas asih yang lebih dalam yang membentuk akar praktik mereka. Sebagai contoh, jika seorang anak akan jatuh ke sebuah lubang api, orang tuanya dengan segera akan melakukan apapun yang diperlukan untuk mengeluarkannya. Anggota keluarga yang lain atau teman tidak akan melakukan tindakan tersebut secepat mereka. Alasan untuk hal ini adalah karena orang tua mempunyai welas asih yang lebih kuat untuk anaknya daripada yang dimiliki orang lain.

Lalu, apa perbedaan antara cinta kasih dan welas asih? Secara singkat, cinta kasih terbagi menjadi dua, yaitu cinta kasih khusus dan cinta kasih umum. Cinta kasih khusus bisa tumbuh setelah melewati 4 poin diatas. Kemudian muncul welas asih, dimana kita tidak tahan  melihat makhluk lain menderita. Setelah itu, muncul cinta kasih umum, dimana kita ingin membuat makhluk lain bahagia.

Untuk merenungkan kedua poin diatas, teman-teman diminta untuk mengingat kembali penderitaan-penderitaan kecil yang pernah dialami. Kita pasti merasakan tidak nyaman, sedih, dan menderita ketika mengalami penderitaan-penderitaan kecil tersebut dan pasti berharap supaya tidak lagi mengalami penderitaan seperti itu. Perasaan tidak nyaman, sedih, menderita, dan tidak ingin mengalaminya lagi tentu dimiliki oleh makhluk lain seandainya mereka mengalami kondisi yang sama. Dari pemahaman inilah, kita membangkitkan perasaan welas asih, perasaan yang tidak tahan melihat makhluk lain menderita, karena kita sendiri mengetahui persis bagaimana rasa tidak nyaman, sedih, dan menderita tersebut. Lalu, apakah berarti kita harus merasakan semua jenis penderitaan agar kita bisa merenungkan penderitaan semua makhluk? Tentu saja tidak, latihan yang diberikan oleh para guru ini dimaksudkan agar kita bisa melatih batin dan lebih aware terhadap apa itu penderitaan dan apa itu kebahagiaan, jangan hanya berlalu begitu saja tanpa merasakan apapun. Akhir sesi, Ko Jimmy menekankan bahwa perlunya memakai pengalaman diri sendiri untuk dijadikan bahan perenungan.

Monday, March 9, 2015

Pengenalan Reksadana di KCJ


Pada hari sabtu 7 Maret 2015, beberapa KJC-ers berkesempatan untuk mengikuti sharing mengenai reksadana yang dibawakan oleh Ida Fitri atau yang lebih akrab dipanggil Ci Asiu. Beliau merupakan Consumer Banking Group Business Manager di DBS Bank

Sharing ini sendiri tercetus dari chit - chat KCJ-ers di whatsapp group terkait tabungan mana yang memberikan return yang menjanjikan. Namun Ci Asiu menyarankan untuk tidak sekedar menabung di tabungan biasa melainkan juga di reksadana. Oleh sebab itu KCJ-ers sepakat mendapuk Ci Asiu untuk memberikan sharing pengenalan reksadana agar KCJ-ers lebih mengenal seluk beluk reksadana.

Makan siang bersama sebelum acara

Sebagai pengantar, Ci Asiu membuka wawasan peserta agar mulai beinvestasi. Beliau menjelaskan bahwa gaji / penghasilan yang kita peroleh ada batasnya terutama yang bekerja sebagai karyawan. Masa aktif karyawan di Indonesia umumnya diakhiri pada usia 55 tahun, namun rata – rata usia manusia di Indonesia mencapai 75 tahun. Berarti ada celah 20 tahun (240 bulan) dimana seseorang tidak lagi aktif mendapatkan penghasilan. Masalahnya, selama 20 tahun tersebut, setiap orang masih memiliki kebutuhan sehari-hari yang harus dipenuhi. Pertanyaan yang menguak adalah dari mana uang untuk mencukupi kebutuhan tersebut jika sudah pensiun? Jawabanya yang tepat adalah bahwa kita harus mulai berinvestasi untuk memenuhi kebutuhan tersebut mulai saat ini. 

Ci Asiu juga memberikan wawasan tentang Time Value of Money bahwa nilai uang selalu berubah dan tergerus inflasi. Artinya nilai uang saat ini tidak akan sama di masa depan. Pada kesempatan tersebut Ci Asiu mencontohkan dengan harga daging sapi per kg dengan tingkat inflasi rata-rata di Indonesia sebesar 7% per tahun yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.


Dari informasi di atas, Ci Asiu membuka mata peserta bahwa uang Rp 100.000,-  yang saat ini dapat digunakan untuk membeli daging sapi 1 kg tidak lagi dapat digunakan untuk membeli daging sapi tersebut pada saat 20 tahun yang akan datang. Itulah contoh riil dari inflasi dan hanya dengan berinvestasi kita mampu mempertahankan nilai uang yang kita punya.

Kemudian Ci Asiu menjelaskan berbagai macam jenis investasi mulai dari deposito, emas, properti, saham dan reksadana beserta kelebihan dan kekurangannya. Alhasil reksadana lah solusi yang cukup menjanjikan bagi orang awam untuk mulai berinvestasi. Hal ini disebabkan reksadana bersifat likuid (bisa dicairkan kapan saja) dan tidak memerlukan keahlian khusus untuk membaca kondisi bursa saham setiap harinya karena ada manajer investasi yang telah mengelolanya. Akan tetapi investor tetap disarankan untuk melakukan review portofolionya setiap tahun untuk melihat apakah pertumbuhannya sesuai yang diharapkan. Selain itu dijelaskan juga bahwa rekasadana adalah produk keuangan yang legal dan bukan objek pajak.

Reksadana sendiri terbagi menjadi empat plus 1 jenis, yaitu:
1.       reksadana saham (untuk jangka panjang > 5 tahun), high risk
2.       reksadana campuran (saham dan obligasi) untuk jangka menengah (3 – 5 tahun), 
       medium risk
3.       reksadana pasar uang (obligasi) untuk jangka pendek (1 – 3 tahun), low risk
4.       reksadana pendapatan tetap untuk jangka pendek (1 – 3 tahun), low risk.

Di samping itu terdapat reksadana terproteksi yang investasinya mengikuti aturan dari masing – masing manajer investasi.

Dari keempat jenis reksadana tersebut, peserta disarankan untuk memilih reksadana sesuai profil resiko masing-masing. Meskipun terdapat konsep high risk – high return, Ci Asiu tidak menyarankan peserta untuk mengambil reksadana saham jika hasil investasinya akan digunakan untuk waktu dekat (jangka pendek).

Bagaimana dengan kondisi bursa yang naik turun jika memilih reksadana saham? 
Pertama reksadana saham harus dimengerti untuk investasi jangka panjang dan Ci Asiu juga menjelaskan bahwa saat kita berinvestasi reksadana maka kita membeli unit penyertaan. Unit pernyertaan ini tidak akan berubah jumlahnya tetapi dapat berubah nilainya. Kita baru disebut untung atau rugi ketika kita mencairkan kembali unit penyertaan tersebut. Ketika kita mencairkan unit penyertaan pada saat kondisi bursa sedang naik maka kita baru dapat dikatakan mengalami keuntungan, begitu pula sebaliknya.

Mudahnya, Ci Asiu mengilustrasikan reksadana seperti orang yang jual beli dolar. Ketika kita membeli 100 USD dengan harga Rp. 12.000,- per dolar nya, maka jumlah dolar yang kita punya tidak berubah yaitu 100 USD. Namun ketika kurs  dolar menguat terhadap rupiah menjadi Rp. 13.000,- per dolarnya dan kita mencairkannya ke dalam rupiah maka kita untung. Tapi jika tidak dijual ya tetap 100 USD dan tidak dapat dikatakan untung karena belum dicairkan. Begitu pula untuk kondisi sebaliknya.

Setelah mengenal reksadana dan jenisnya, Ci Asiu membagi ilmu untuk memilih manajer investasi yang bonafit karena meskipun kita sama-sama mengambil reksadana saham namun hasilnya bisa berbeda dengan manajer investasi yang berbeda. Ci Asiu menyarankan untuk mempelajari rekam jejak perusahaan investasi tersebut dan mempelajari pospektus-nya. Akan tetapi di tempat Ci Asiu bekerja, DBS bank, telah memilih manajer-manajer investasi yang bonafit sehingga investor tidak perlu pusing lagi untuk mempelajarinya (tidak bermaksud promosi namun sebagai informasi yang merupakan salah satu solusi menarik bagi yang tidak mau repot memilih-milih).

Kemudian Ci Asiu memberikan tips bahwa untuk bisa menikmati hasil yang baik, maka sebaiknya investasi dilakukan secara rutin dan sedini mungkin tidak peduli pasar sedang naik (bullish) atau turun (bearish) karena dengan berinvestasi sedini mungkin maka hasil yang diperoleh dapat lebih maksimal.

Ilustrasinya adalah orang yang menabung mulai dari tahun 2015 – 2024 (10 tahun) dengan investasi 10 juta pertahun maka uangnya akan menjadi 454 juta pada tahun 2034 (20 tahun kemudian) jika return investasinya 10%. Akan tetapi jika orang tersebut menunda 10 tahun (mulai nabung pada tahun 2024) maka meski dia melipatgandakan jumlah tabungannya menjadi 20 juta per tahun, maka di akhir tahun 2034 uangnya hanya menjadi 407 juta saja.

Sekian sharing dari Ci Asiu dan Happy Investing KCJ-ers.


Wednesday, March 4, 2015

01032015 Review Tahapan Jalan Menuju Pencerahan (Lamrim)

"Lamrim itu unik karena merupakan teori-teori yang dapat direnungkan. Untuk meditasi, kita perlu teori. Tanpa teori, apa yang akan dimeditasikan?" ~ Tenzin Chograb



Bulan Maret ini dibuka dengan review Lamrim oleh YM Tenzin Chograb. Melalui kebaikan hati Beliau untuk mengisi kelas Dharma hari itu, warga KCJ diingatkan kembali sampai sejauh mana praktik Lamrim yang telah dijalankan oleh masing-masing individu. Berikut ringkasan review kelas minggu lalu.

Ketiga motivasi Lamrim harus dijalankan bersama-sama, ibarat tiga buah mangkuk, ketiganya harus diisi secara bersamaan.

YM membuka kelas dengan menyebutkan tiga motivasi Lamrim, yaitu motivasi kecil, tengah dan agung. Untuk menjadi seorang Buddhis, minimal kita harus memiliki minimal motivasi kecil, yaitu mempersiapkan kebahagiaan kehidupan mendatang. Sedangkan motivasi tengah untuk terbebas dari samsara dan motivasi akhir untuk mencapai Kebuddhaan demi kebaikan Ibu-ibu kita pun harus perjuangkan untuk kita miliki.

Untuk dapat memasuki jalan mencapai Kebuddhaan, kita harus memiliki Bodhicitta (Batin Pencerahan) terlebih dahulu. Batin pencerahan dapat kita miliki setelah kita membangkitkan keinginan menolong Ibu-ibu kita yang menderita dalam samsara. Inilah yang disebut jalan Mahayana.
Sebelum memasuki jalan mahayana, terlebih dahulu kita harus membangkitkan rasa penolakan samsara. Kita harus menyadari cacat penderitaan samsara. Inilah yang disebut jalan Hinayana.
Sebelum menyadari penderitaan samsara, kita terlebih dahulu harus menyadari bahwa suatu saat kita akan mati dan ada karma yang dapat melemparkan kita ke alam baik ataupun buruk, dan hanya dengan berlindung pada Triratnalah kita dapat menolong diri kita. Di saat inilah kita baru dapat menyebut diri kita sebagai seorang Buddhis.

Kita harus mencari tahu berapa persen kita ingin kehidupan kita yang mendatang untuk bahagia, terbebas dari samsara dan mencapai Kebuddhaan.
.

YM kemudian menerangkan mengenai motivasi awal. Beliau membahas sedikit mengenai karma, alam rendah kematian dan berlindung. Beliau mengingatkan dalam belajar Lamrim, apabila ada topik yang kurang dapat dipahami, misalnya pada bagian kematian datang tiba-tiba, kita harus memperkuat pembelajaran pada topik tersebut.

Apa yang sudah kita kirim ke kehidupan kita yang mendatang?

YM kemudian melanjutkan dengan membahas motivasi tengah. Beliau menanyakan apabila kita diberi pilihan tiket, yaitu tiket ke alam dewa, tiket ke Kebuddhaan dan tiket ke Eropa, manakah yang akan kita pilih?

Ketika kematian, kita akan diuji, apabila masih ada keinginan ke alam dewa, dan kemudian kita terlahir di alam dewa dan tidak bertemu ajaran Buddha, ya sudah, bye-bye. Kalau kita terlahir di Eropa, memang secara lingkungan dan etika masyarakatnya baik, namun sangat sulit mencari Dharma di sana.


"Jika engkau tidak berjuang merenungkan kerugian-kerugian Dukkha,
Tiada aspirasi sejati untuk mencapai pembebasan akan muncul.
Jika engkau tidak merenungkan penyebab Dukkha dan bagaimana mereka mempertahankanmu di dalam samsara,
Engkau tidak akan mengetahui cara memotong akar samsara.
Bangkitkan rasa jijik dan penolakan terhadap samsara
Serta junjunglah kewaspadaan akan apa yang mengikatmu pada samsara.
Yang Mulia Guru telah mempraktikkan dengan cara ini.
Engkau, yang menginginkan pembebasan, lakukanlah hal yang sama!"
~Baris Pengalaman, Jey Rinpoche

Setelah membacakan bait tersebut, YM kemudian menjelaskan macam-macam penderitaan (Dukkha) yang ada dalam samsara, yaitu Dukkha Dukkha, Dukkha Perubahan dan Dukka Berkondisi. Ketika kita sedang menderita memang cukup mudah melihat kita sedang menderita. Namun untuk melihat kebahagiaan dan netral sebagai penderitaan itu sulit. Namun kita tetap harus berjuang untuk melihat segala penderitaan, kenetralan dan kebahagiaan sebagai penderitaan.

Kemudian YM melanjutkan dengan menjelaskan penyebab samsara. Penyebab samsara merupakan Klesha (faktor mental pengganggu) yang melekat batin kita. Dari semua klesha yang menyebabkan kita berputar-putar dalam samsara, ketidaktahuanlah yang merupakan akar dari berbagai klesha. Konsep 'Aku yang berdiri sendiri' ini merupakan ketidaktahuan yang mengikat kita dalam samsara.

Semua mahkluk hidup memiliki klesha yang melekat pada aku. Klesha inilah yang harus disalahkan atas semua keburukan yang dilakukan oleh semua mahkluk. Dari sinilah compassion untuk semua mahkluk memungkinkan untuk tumbuh.
Apabila ada seseorang yang marah pada kita, kita tidak seharusnya marah pada orang tersebut. Karena orang lain juga memiliki marah tersebut. Lantas mengapa kita tidak marah pada orang lain tetapi hanya ke orang tertentu saja? Dan kita pun juga memiliki klesha tersebut. Lantas, wajarkah jika kita marah?

YM kemudian melanjutkan dengan motivasi agung. Kita dikatakan memiliki motivasi agung apabila kita ingin menolong semua mahkluk dengan menjadi Buddha. Selain menjadi Buddha, misalnya menjadi orang terkenal, berarti bukan memiliki motivasi ini.

YM kemudian menyebutkan sedikit mengenai 7 poin instruksi latihan batin, yaitu keseimbangan batin, mengenali semua mahkluk sebagai ibu-ibu kita, mengingat kembali kebaikan ibu-ibu kita, membalas kebaikan ibu-ibu kita, cinta kasih yang menganggap ibu-ibu kita sebagai yang terkasih, welas asih agung, tekad yang luar biasa dan membangkitkan batin pencerahan.

Kita harus menumbuhkan cinta kasih kita pada mahkluk menderita (neraka, peta, binatang), mahkluk yang netral dan mahkluk yang bahagia (dewa, brahma). Mengapa kita juga harus menolong Brahma? Sama halnya dengan dewa yang akan jatruh ke alam rendah setelah karma baiknya habis digunakan untuk menjadi dewa, Brahma juga akan jatuh ke alam rendah ketika menimbulkan pandangan salah terhadap Dharma. Setelah karma baik Brahma habis, ia berpikir bahwa Dharma yang dijalankan salah karena tetap membawanya ke alam rendah, di saat itulah pandangan salah muncul dan melemparkannya pada alam rendah.


Selanjutnya, YM menjelaskan mengenai 6 paramita, yaitu dana, sila, khanti, viriya, samadhi dan prajna.


Sila seringkali dinilai hanya sebagai aturan. Namun sila ini seharusnya dijalankan untuk tidak menyakiti mahkluk lain. Terdapat 3 macam sila, yaitu sila yang menghindari, sila yang mengumpulkan kebajikan, sila yang menolong semua mahkluk.
Sila yang menghindari, antara lain membunuh, mencuri, asusila, bohong, pecah belah, tak berguna, ucapan kasar, niat jahat, pandangan salah.
Sedangkan sila yang mengumpulkan kebajikan dan menolong semua mahkluk dapat ditemukan di Boddhisatwa Vow (Sumpah Boddhisatwa).
Dengan menjaga sila kita dengan baik, kita dapat menjaga diri kita sendiri, seperti pada cerita Jataka mengenai burung yang menghentikan kebakaran hutan karena menjaga silanya tidak melukai mahkluk lain.