Artikel ditulis oleh Hendra Wijaya
Saya terkadang sedih melihat nasib umat Buddhis di Indonesia. Banyak dari kita yang berpikir bahwa tidak perlu belajar Dharma dalam-dalam, yang penting tahu mesti berbuat baik, kurangin berbuat buruk, itu aja cukup kok.
Ada juga yang berpikir kalau setiap minggu ke wihara aja cukup lah. Di wihara kan saya berbuat baik, saya berdana, saya mendengarkan Dharma, saya memberi persembahan kepada Biksu Sangha dan Buddha.
Ada juga yang berpikir, kamu jangan belajar dalam dalam, nanti kamu jadi biksu loh. Nanti kalau kamu jadi Biksu, siapa yang meneruskan sisilah keluarga kita, bisnis yang sudah papa rintis bertahun-tahun? Nanti tidak ada yg urusin papa mama ketika kami tua. Atau sebaliknya, nanti siapa yang ngurusin kamu ketika kamu tua nanti?
Ada juga yang bukannya ke wihara tapi ke kelenteng, menggenggam puluhan dupa dengan asap mengepul, memohon-mohon usaha lancar, cepat kaya, banyak rejeki, keluarga sehat, damai dan tentram. Saya tidak membahas mengenai berdoanya, berdoa tentu sah-sah saja. Tetapi yang saya bahas adalah objek dan subjeknya itu loh.
Lalu ada juga yang ke wihara untuk mencari jodoh, masuk panitia untuk tujuan yang sama juga. Atau pun untuk mencari kesibukan. Ketika sudah lanjut usia, yah daripada dirumah bengong, mending ikut bantu-bantu deh, ikut baca doa berduka, baksos dan lain sebagainya.
Lebih parah lagi, ke wihara hanya ketika pemberkatan pernikahan saja.
Seribu satu kegiatan kita ini sebagai umat Buddhis, Anda mungkin akan mengkritik saya dengan mengatakan, loh ke wihara, persembahan, berdana, dengar ceramah itu kan baik, walaupun hanya di hari minggu. Jadi panitia di wihara atau ikut organisasi di wihara kan baik, daripada ikut kegiatan yang buruk buruk, masih lebih baik kan kita aktif di wihara?
Ya, kita mungkin berpikir itu berbuat baik. Tetapi kita lupa apa itu artinya menjadi seorang Buddhis. Buddhis yang sesungguhnya. Apa itu Buddhis yang sesungguhnya?
Begini, Pangeran Sidharta capek-capek duduk di bawah pohon Bodhi untuk mencapai pencerahan demi semua makhluk. Setelah beliau mencapai pencerahan, Beliau mengajar selama 35 tahun agar umat manusia mengikuti jejak beliau mencapai pencerahan yang SAMA dengan beliau.
Dua ribu lima ratus tahun kemudian, tujuan Buddha pun tetap sama tidak berubah. Ingin kita mencapai pencerahan seperti beliau. Namun lihatlah kenyataannya, pelajaran paling sederhana dari sang Buddha pun tidak kita terapkan dalam kehidupan sehari hari kita. Apa itu?
Bahwa semua contoh yang saya sebutkan di atas, sebaik apapun itu, SEMUANYA hanya ditujukan untuk KEHIDUPAN SAAT INI SAJA! Tidak satupun tindakan yang kita anggap bajik diatas ditujukan untuk itu. Ini sama persis seperti yang suka dikatakan oleh motivator-motivator ulung. Untuk menjadi kaya raya, 1). Set dulu goal anda. Apa yang ingin anda raih, harus clear, harus jelas, spesifik. 2). Yakin bahwa anda bisa mencapainya. dan 3). Bayangkan dan hiduplah seakan akan anda telah memperolehnya. Begitu kan kurang lebihnya?
Loh, bukannya sang Buddha juga mengajarkan hal yang sama? Kalau umat Buddhis hanya mikirin kehidupan saat ini, apakah GOAL untuk mencapai pencerahan demi semua makhluk akan bisa dicapai? apakah Nirwana yang disebut-sebut para Biksu/Biksuni dalam ceramahnya mampu kita capai? Apakah bisa kita capai kalau kita bahkan tidak pernah berpikir untuk ingin mencapainya? Sepertinya tidak mungkin.
Jangan-jangan kita sendiri belum percaya dengan adanya kehidupan yang akan datang yah? Wah gawat deh, padahal pelajaran mendasar sang Buddha adalah mengenai karma dan tumimbal lahir. Untuk mencapai kebuddhaan, Buddha Sakyamuni menempuh 3 kalpa besar utk bisa menjadi Buddha. Ini bukti jelas bahwa kehidupan akan datang itu nyata ada didepan mata dan kita pasti akan menjalaninya. Pertanyaannya, apa yang telah kita lakukan untuk mempersiapkan kehidupan kita yang akan datang? NOL BESAR.
Contoh, kalau ketika kita SMA tidak memiliki cita-cita yang sangat kuat ingin jadi pilot, apakah mungkin kita akan berjuang untuk mencapai itu? Jadi, untuk mencapai tujuan yang kita mau, tentunya kita harus set goal kita dulu. Tidak perlu motivator ulung untuk ajarkan itu semua, Sang Buddha sejak 2500 tahun yang lalu sudah ajarkan itu semua. Kita nya aja yang tidak sadar.
Nah, masuk ke poin kedua saya. Ayah saya bilang: “Huei, gak usah ajarin papa tentang karma dalem-dalem, yang penting papa gak buat jahat, dan papa berbuat baik, itu aja udah cukup.” Inilah pola pikir kebanyakan orang. Merasa ga perlu belajar. Merasa paling pintar sedunia. Dari ketiga racun dunia (lobha, dosa, moha) mana yang paling parah penyakitnya? Jawabannya adalah Moha. Karena kita tidak tahu maka kita tidak ingin berubah. Justru pelajaran pertama kita adalah HARUS belajar Dharma untuk menghapus ketidaktahuan.
Loh, saya belajar Dharma kok, saya kan tiap hari minggu ke wihara dan mendengarkan ceramah Biksu/Biksuni Sangha, itu termasuk belajar kan? Betul itu mendengarkan dharma, tapi coba bandingkan dong, Anda jadi S1 aja butuh 4 tahun kan? Kuliah tiap hari supaya jadi sarjana, ekstra 2 tahun lagi jadi S2, entah berapa tahun lagi untuk jadi professor S3. Berapa mata kuliah dan berapa buku tebal yang mesti kita lahap untuk jadi sarjana? Lalu menurut Anda apakah dengan ke wihara setiap minggu CUKUP untuk membebaskan kita dari samsara? Berapa persen dari ceramah itu yang kita ingat? Berapa banyak buku Dharma yang kita baca? Dan berapa persen dari yang kita ingat itu akan kita praktikkan?
Jadi, jangan remehkan belajar Dharma. Dengan belajar Dharma sebenarnya kita mendapatkan dua manfaat. Pertama, kita menghilangkan ketidaktahuan terhadap hal tersebut dan kedua kita mendapatkan kebijaksanaan dari hal tersebut. Suatu hal luar biasa yang diajarkan oleh sang Buddha. Moha (ketidaktahuan) berkurang dan Panna (kebijaksanaan) meningkat. Kalau hitungan orang Cina ini dibilang investasi paling menguntungkan, gak mungkin rugi.
Pelajaran selanjutnya, mengenai sembahyang ke kelenteng, saya tidak melarang orang pergi ke kelenteng. tentunya setiap doa itu baik. Kita ke kelenteng mempersembahkan dupa, minyak, uang, lilin, lalu kita berdoa minta ini itu. Coba perhatikan doa-doa kita. Apakah doa-doa kita semuanya isinya hanya untuk kehidupan ini saja? Adakah yang isinya supaya kehidupan akan datang lebih baik, minta lahir jadi manusia buddhis lagi, lebih baik, lebih cerdas, lebih kaya dari kehidupan ini, minta cepet cepet keluar dari samsara? Saya tidak yakin tuh kalau doanya akan seperti itu kalau dia tidak belajar Dharma dengan baik.
Lalu ya, jelas-jelas isi Tisarana yang pertama itu kan AKU BERLINDUNG KEPADA BUDDHA. Loh kok jadi nya kita minta perlindungan kepada dewa-dewi? Kenapa kita tidak berlindung kepada Buddha? Apakah karena dibilangnya, “Dewa kan masih hidup, Buddha kan sudah mati?”
Sudah lupakah kita akan tekad Pangeran Sidharta untuk membebaskan semua makhluk dari samsara? Apakah setelah parinibanna sang Buddha melupakan janjinya? Meninggalkan kita sendirian di samsara ini? Wah, berarti Buddha jahat dong meninggalkan kita di samsara.
Kenyataannya tidak begitu, Buddha dengan segala kemampuannya dengan tubuh Rupakaya, Samboghakaya, Dharmakaya-Nya hingga detik ini pun masih bekerja untuk membebaskan semua makhluk dari samsara.
Lalu kenapa kita masih mencari perlindungan ke tempat lain? Ini menekankan kembali pentingnya belajar agar kita tahu mana yang benar dan mana yang tidak benar.
Ada juga yang bilang, tidak perlu belajar banyak-banyak, yang penting kita banyak meditasi. Nah, ini juga salah kaprah. Ini seperti seorang mahasiswa semester 1 disuruh langsung operasi bedah. Apakah Anda mau dioperasi oleh mahasiswa ini? Apa alasan Anda menolak dia? Sederhana kan? Emang dia tau apa tentang operasi, dia kan masih semester 1? Dokter umum aja masih belum lulus. Belajar dulu deh yang bener. Mungkin kira-kira begitu jawabannya.
Nah, sama kan dengan meditasi. Apa yang mau kita meditasikan kalau kita gak punya modal untuk bermeditasi. Coba kita pikir baik-baik, apa tujuannya kita bermeditasi? Untuk mencapai nirwana kan? Untuk keluar dari samsara kan?
Kenapa kita ingin keluar dari samsara? Harusnya kita mengisi otak kita dulu dengan informasi yang cukup mengenai samsara. Kita harus belajar dulu kenapa kita pengen keluar dari samsara?
Salah satu jawabannya adalah karena samsara itu tidak enak (atau enak ya???), karena saya capek, lahir lagi, tua lagi, sakit lagi, mati lagi, berulang ulang tak terhitung banyaknya. Saya ingin menghentikan lingkaran penderitaan ini. Maka kita perlu belajar mengapa kita bisa terlahir lagi dan lagi melalui topik 12 mata rantai.
Mengutip lagi kata-kata motivator, ‘Know your enemy.’ Pelajari dulu musuh kita, siapa musuh kita untuk keluar dari samsara? Musuh kita adalah kilesa. Nah berarti kan kita perlu belajar dulu toh tentang kilesa.
Sehingga, ketika kita meditasi, kita TAHU DENGAN JELAS, siapa yang harus kita basmi.
Balik lagi ke contoh dokter bedah, dokternya harus punya pengetahuan lengkap tentang cara bedah yang benar, punya pengetahuan mengenai penyakit kita, dan yang paling penting TAU CARA OPERASI-nya. Sebenarnya sama aja kan dengan ajaran Sang Buddha. Lalu bagaimana mungkin kita berharap bahwa dengan pengetahuan kita yang seperti mahasiswa kedokteran semester 1 tersebut, sanggup bermeditasi dan bisa keluar dari samsara tanpa melalui tahapan belajar? Impossible!
Jadi, umat Buddhis itu isinya tidak cuma pergi ke wihara seminggu sekali, berdana seminggu sekali, pasang lilin seminggu sekali, dengar ceramah seminggu sekali. Ini ibarat seminggu sekali nabung seribu rupiah lalu berharap hasil investasi bisa jadi milyaran dalam sekejap. Mana mungkin? Anda pasti lebih jago hitung daripada saya.
Saran saya, ambil waktu untuk merenung, sebenernya mau nya kita apa sih jadi manusia di kehidupan ini? MINIMAL kita harus mendedikasikan hidup kita untuk kehidupan akan datang yang lebih baik, atau kalau bisa lebih baik lagi, ingin keluar dari samsara, atau yang paling agung, ingin menjadi Samma-Sambuddha seperti Buddha Sakyamuni. Toh, memang ini tujuan utama nya kita menjadi buddhis, yaitu menjadi seorang Buddha. Ketidak percayaan diri kita sendirilah yang menghalangi itu.
Bagaimana caranya? Hanya TIGA. BELAJAR, BELAJAR, BELAJAR!!!
Hilangkan Moha kita hingga modal kebijaksanaan (pengetahuan) kita cukup.
Beberapa topik penting menurut saya adalah,
- Kemuliaan terlahir sebagai manusia (ini agar kita merasa beruntung terlahir sebagai manusia dan memiliki harapan untuk mencapai kebuddhaan)
- Kematian. Bahwa sehebat apapun kita, kita pasti mati dan lebih gawat lagi, kita tidak tahu kapan kita akan mati.
- Alam Rendah. Setelah kematian, kalau kita selama hidup gak pernah mikirin kehidupan akan datang, maka kita kan jatuh ke alam rendah, entah itu jadi hantu kelaparan, atau binatang, atau neraka panas dan dingin.
- Tisarana. Setelah membangkitkan ketakutan akan kematian dan alam rendah yang menghantui kita, kita mencari perlindungan kepada Buddha Dharma Sangha. Inilah perlindungan sesungguhnya.
- Karma. Setelah memohon perlindungan, kita mempelajari karma dengan baik agar kita tidak jatuh ke alam rendah dan agar dapat mengumpulkan kesempurnaan enam paramita.
Inilah minimal topik topik yang perlu kita pelajari, renungkan, meditasikan untuk menjamin agar kehidupan mendatang kita menjadi lebih baik. Tak lupa, selalu dedikasikan apapun benih kebajikan yang kita miliki untuk kehidupan kita yang akan datang.
Ingat, karma kita adalah milik kita sendiri, bukan milik orang lain. Mulailah kumpulkan sebab sebab untuk kehidupan akan datang yang kita impikan.
Saya dedikasikan kebajikan dari membuat tulisan ini untuk umur panjang semua guru Dharma yang Agung, dan semoga siapapun yang membaca tulisan ini dapat memetik manfaat yang sebesar besarnya.
Semoga semua kehidupan kita yang akan datang akan lebih baik lagi dari yang sekarang, dan semoga kita segera mencapai pencerahan yang lengkap sempurna demi semua makhluk.
Sarva Manggalam.
Mantappp 😊😊😊
ReplyDeleteMantappp 😊😊😊
ReplyDeleteGw seorang buddhist (setidaknya di KTP tercantum demikian) yang mengenyam pendidikan agama Buddha selama paling gk 13 tahun di sekolah dengan standar kementrian Agama khususnya Agama Buddha, gw ngerasa artikel ini maksa banget.
ReplyDeletePositifnya? ada. iya pelajarin sesuatu sampe kedalem. jgn casingnya aja.
Tp ini maksa. gk gitu menurut gw caranya. ditambah, gw jadi berasumsi kalo penulis berharap supaya ada umat yg dateng ketempat ini. Ada udang di balik bakwan.
Penulis cukup pintar, wawasannya banyak tentang ajaran agama buddha. tp jelas si penulis tidak cukup pintar buat tau inti ajaran agama buddha.
"Sabba papassa akaranam,
kusalasa upasampada
sacitta dariyodapanam
ETAM BUDDHANA SASANAM."
yang artinya :
jgn brbuat jahat,
perbanyak perbuatan bajik
sucikan hati dan pikiran
ITU AJARAN PARA BUDDHA.
kalo penulis belum tahu, itu ada di buku dhammapada, cari aja syair nya.
dan penulis juga lupa apa tugas Buddha, pernah seorang buddha maksa org lain ikt ajarannya? apa arti dari ehipassiko?
ditambah lagi, jadi kalo kita melakukan sesuatu, berharap dikehidupan berikutnya jadi seorang manusia? GAK GITU BUNG.
nolong atau berbuat baik dengan harapan menguntungkan diri sendiri NAMANYA GAK IKHLAS.
"Untuk mencapai kebuddhaan, Buddha Sakyamuni menempuh 3 kalpa besar utk bisa menjadi Buddha. Ini bukti jelas bahwa kehidupan akan datang itu nyata ada didepan mata dan kita pasti akan menjalaninya. Pertanyaannya, apa yang telah kita lakukan untuk mempersiapkan kehidupan kita yang akan datang? NOL BESAR."
Dan bagian ini TIDAK BISA DITERIMA ORANG AWAM SEMBARANGAN. butuh pembelajaran lanjut buat soal kayak gini, apalagi dimasa org2 yang mulai kritis terhadap sesuatu, hal kayak gni diluar dari pembuktian manusia biasa.
Pengetahuan itu, gk cuma dari belajar, ikut kelas dan sebagainya. pengetahuan juga bisa dateng dari pengalaman. pengetahuan dapet dr org lain. pengetahuan juga bisa dapet dari meditasi.
tapi apakah cukup dengan pengetahuan? PERLU PRAKTEK JUGA KELES.
percuma teori doang.
DOA. bagian yang selalu ada di agama manapun.
tapi apa pernah kita diajarin berdoa YANG ISINYA CUMA MINTA MINTA? kalo doa minta2 yah percuma ngaku jadi buddhis yang sebenarnya.
percuma ente minta tapi gk ada usaha. NOL BESAR.
"Kenyataannya tidak begitu, Buddha dengan segala kemampuannya dengan tubuh Rupakaya, Samboghakaya, Dharmakaya-Nya hingga detik ini pun masih bekerja untuk membebaskan semua makhluk dari samsara."
Sakyamuni Buddha sudah MAHAPARINIBBANA. artinya udah gk ada didunia lagi kan?
artinya sudah tidak ada urusan lagi dengan dunia. Dunia sekarang urusan Buddha yang masih on progress, Makhluk yg lahir di alam tinggi, dan MANUSIA. IYA LOE TANGGUNG JAWAB SAMA KARAMA LOE SENDIRI. JANGAN NYUSAHIN MAKHLUK LAIN TERMASUK BUDDHA DAN PARA DEWA.
betul, meditasi itu gk bisa sembarangan dilakuin, tp konsep yang d pelajarin d teori jg cuma konsep. perlu sesi khusus buat meditasi. makanya ada pelatihan meditasi yang dibimbing sangha. gk sembarangan cuma asal teori.
TUJUAN MEDITASI. tujuan meditasi ada dua, vipassana dan samatha. ada yang penerangan sempurna ada juga yang ketenangan batin. jangan digeneralin semua harus Vipassana Bhavana.
AKHIR KATA, percuma kalo anda sebagai buddhis tapi baik buat diri sendiri aja, teoritis.
JAUH LEBIH MULYA ORANG-ORANG YANG BERDANA (MATERI, DHAMMA-TIDAK TERBATAS PADA AJARAN BUDDHA, TENAGA) dengan iklas dan tidak mengaharapkan yang lain.
orang2 yang berdana dengan iklas, relatif tidak punya keterikatan atau kemelekatan. yang mana merupakan akar dari samsara.
maaf post panjang dan byk typo.
kalau mau diskusi saya terbuka di email
gouwphengui@gmail.com
Saya setuju tuh dengan Silenced One di bwh.
DeleteYang setuju sama "PENTINGNYA KEHIDUPAN MENDATANG" selalu pake Samyutta Nikaya III.
DeleteYa silakan aja, itu kan hak masing2 individu.
Tapi buat saya, pengangan saya cuma
"sabba papassa akaranam
kusalassa upasampada
sacitapariyo dapanam
etam buddhana sasanam"
Kalo kita hidup dimasa sekarang, berbuat baik dimasa sekarang, hasilnya juga mudah2an terbawa di kehidupan yang akan datang.
Masa depan kita adalah BUAH DARI APA YANG KITA KERJAKAN SEKARANG.
karma, remember?
Kalo CUMA ngurusin kehidupan NANTI YANG PENUH KETIDAK PASTIAN, jadi sama aja kayak agama tetangga yang jualan SURGA.
terbuka untuk diskusi di gouwphengui@gmail.com
metta cittena _/\_
oh sebagai tambahan. orang tua gak mungkin disuruh ngapal ajaran2 teoritis. urusan sehari hari aja bisa lupa, bakal lebih mudah ngajarin kebaikan yang ikhlas.
ReplyDeleteTerima kasih.
Orang yang teori nya segunung biasa nya praktek nya jeblok, lbh bagus org yang praktekan langsung kebaikan dpd org yang berteori dantukis panjang lebar tapi pfaktek nol besar
ReplyDeleteTeori dan praktik perlu sejalan bro.
DeleteKagak belajar apa yg mau dipraktikkan. Mau sok operasi org sakit, jadinya malah meninggal pasiennya.. wkwk..
Jadi belajar dan praktik hrs seimbang dan sejalan.
Way to go buat penulis!
Yang setuju sama "PENTINGNYA KEHIDUPAN MENDATANG" selalu pake Samyutta Nikaya III.
DeleteYa silakan aja, itu kan hak masing2 individu.
Tapi buat saya, pengangan saya cuma
"sabba papassa akaranam
kusalassa upasampada
sacitapariyo dapanam
etam buddhana sasanam"
Kalo kita hidup dimasa sekarang, berbuat baik dimasa sekarang, hasilnya juga mudah2an terbawa di kehidupan yang akan datang.
Masa depan kita adalah BUAH DARI APA YANG KITA KERJAKAN SEKARANG.
karma, remember?
Kalo CUMA ngurusin kehidupan NANTI YANG PENUH KETIDAK PASTIAN, jadi sama aja kayak agama tetangga yang jualan SURGA.
terbuka untuk diskusi di gouwphengui@gmail.com
metta cittena _/\_
Ada juga yang bukannya ke wihara tapi ke kelenteng, menggenggam puluhan dupa dengan asap mengepul, memohon-mohon usaha lancar, cepat kaya, banyak rejeki, keluarga sehat, damai dan tentram <--- kenapa emg kalo ke kelenteng? Penulis ada2 aja aneh.... banyak belajar lg deh ya msh jauuhh ilmunya
ReplyDeleteAne ga merasa penulisnya melarang org k kelenteng deh.
DeleteDia malah blg itu baik, krn kita berdoa dan buat persembahan-persembahan dupa lilin dsbnya, pay respect.
Yg dikritik mnurut ane adalah isi doanya, org doa minta kaya, rezeki utk sndiri, smua yg ttg khidupan skrg, tapi ga ada yg mikirin yg lbh panjang ttg khidupan akan dtg atau minta utk kesejahteraan org lain.
Jd mnurut ane yg dikritik bukan aksi k kelenteng nya (yg mana penulisnya malah blg itu baik). Yg dikritik adalah sikap batin dan motivasi individu umatnya.
Prlu baca lbh detil dgn kacamata yg jernih tanpa prejudice, bro.... dgn batin yg bening dan tenang, tdk beriak sperti air mendidih...
Lalu ya, jelas-jelas isi Tisarana yang pertama itu kan AKU BERLINDUNG KEPADA BUDDHA. Loh kok jadi nya kita minta perlindungan kepada dewa-dewi? Kenapa kita tidak berlindung kepada Buddha? Apakah karena dibilangnya, “Dewa kan masih hidup, Buddha kan sudah mati?” ((baca ini, apa motivasi si penulis berkata itu ?))
Deletedear Anon, postingan ini sifatnya tendensious, tulisannya mengarah ke "NGAPAIN DOA DI KLENTENG" tidak secara eksplisit memang,
Deletedidukung dengan pilihan gambar, dan judul artikel
Anon, jelas2 tulisannya gitu bukannya ke vihara tapi ke kelenteng.... itu namanya ud perbandingan boss, coba baca lg deh sama aja kek bukannya sekolah malah bolosss... oke thinks smart yaa 😊
Deletepenulis ini bukan pengikut Buddha tapi ikut2an.. memang benar yang dia katakan dan sepertinya dia harus belajar banyak lagi tentang agama Buddha
ReplyDeletepembabaran tenatang Dhammanya dangkal sekali...
kutipan :
" Sudah lupakah kita akan tekad sang Buddha untuk membebaskan semua makhluk dari samsara? Apakah setelah parinibanna sang Buddha melupakan janjinya? Meninggalkan kita sendirian di samsara ini? Wah, berarti Buddha jahat dong meninggalkan kita di samsara.
Buddha bertekad ??? belajar dimana nih ?? mungkin maksudnya Bodhisatva...nanti dia tanya lagi emang beda,ya #tepok jidat
terlalu banyak kesalahan, coba belajar lagi dech
Nibbana itu artinya Padam.. jadi jangan bilang Buddha jahat..ya karena Buddha memang sudah tidak ada lagi (di lingkaran samsara )
Nibanna juga berarti padamnya kilesa
Nibanna juga berarti kondisi dimana dualitas sudah terlampaui
dan Nibanna bukan tempat kyk surga jadi gak perlu menggebu2 menuju kesana, semakin menggebu tanha anda semakin besar dan itu menjauhkan anda mengecap Nibanna
Selamat belajar kembali
Ga ad yg benar ataupun salah dalam artikel ini. Semua orang berhak utk mengeluarkan pendapat. Cuma jgn sampai membuat org lain jd memiliki pandangan salah ttg menjadi buddhis yg sesungguhnya. Dalam menulis artikel jg perlu diperhatikan sumber-sumbernya. Apa ada di sutta, vinaya ataupun abhidhamma. Saya rasa anda masih harus banyak belajar. Teori memang mudah. Praktiknya yg sulit. Anda tidak bisa memaksakan teori anda pada semua buddhis-buddhis lain.
ReplyDeleteSotthi hotu
Jangan mencela apa yg sudah atau belum di kerjakan oleh orang lain. Tetapi lihatlah apa yg sudah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Selamat berjuang menjadi pribadi yg lebih bijak.
ReplyDeleteTidak ada yang salah dengan bersembahyang di kelenteng atau bio, coba penulis harus lebih banyak sumber referensi dalam membuat artikel, karena sembahyang di kelenteng ataupun bio jika di pelajari dengan benar, akan membawa keberkahan.
ReplyDeleteOke mungkin koko atau cici tidak suka bersembahyang di Kelenteng. Tapi jangan memandang sembahyang di kelenteng itu percuma dan tidak sesuai dhamma.
karena ada dharma yang terdapat di kelenteng. coba liat di sigalovada sutta dan penghormatan ke arah atas Terimakasih
NB: Lain kali buat artikel harus ada sumber referensi yang jelas dan berdasarkan sumber yaa
Trims tuk berbagi hendra dkk...
ReplyDeletebagi saya ini bisa jadi cermin yang baik...studi dan praktek akan saling menunjang...
kalau dibaca baik2 rasanya tidak ada paksaan ya di sinj..ya kecuali jika ada yg merasa tersudut yah.
dan setuju agar tidak mencela orang lain..benar sekali tuh..pointing fingers only valid tuk nunjuk kesalahan diri kita sndiri...toh niat awal baik tuk berbagi, belajar menulis. Ya hitung2 lesson learnt hehehehe.
keep positive ya, peace love and gaul
TS aja ngak ngerti itu apa ajaran Buddha
ReplyDeleteMasih aja mau ngomong buddhisme
Belajar dulu yg rajin baru tulis artikel
TS aja ngak ngerti itu apa ajaran Buddha
ReplyDeleteMasih aja mau ngomong buddhisme
Belajar dulu yg rajin baru tulis artikel
Penulisnya ngawur dan ngaco. Hati2 bs mnimbulkan kontroversi krn omongan anda sndiri. Apa km ke vihara stiap hr? Hahahahaha
ReplyDeletePenulisnya ngawur dan ngaco. Hati2 bs mnimbulkan kontroversi krn omongan anda sndiri. Apa km ke vihara stiap hr? Hahahahaha
ReplyDeleteWah, gak beres nih penulisnya. Emg di Klenteng gak ada Buddha bro ? Banyakkk. Bodhisatva ? Banyak. Mahasatva ? apalagi. Belajar lagi deh. Biar gak kayak agama sebelah yang cuma asal sruduk gak pake logika dan ilmu mendalam.
ReplyDeletecoba bro dibaca lagi pelan pelan, saya ga bilang orang ga boleh ke kelenteng loh..saya hanya mengutarakan mengenai isi doanya. dan saya asumsi mereka buddhis jg yang pergi kesana. Buddha ada kok dimana mana.
Deletesalam
sankhapala
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteUntuk Penulis, mari kita sama sama belajar lagi yaaa
ReplyDeleteNamo Buddhaya.
ReplyDeleteSaya coba ikut nimbrung dikit ya, mudah2an bisa secara objektif.
1. Hal pertama yang didebat di sini adalah bahwa penulis mengatakan bahwa "kehidupan mendatang lebih penting daripada kehidupan saat ini jadi kita diajak untuk mempersiapkan kehidupan yg akan datang tersebut"
Saya juga dibesarkan dengan kurikulum pendidikan agama Buddha dari Kementerian Agama, sejak SD sd SMA. Dan perlu ditekankan bahwa saya bukan seorang praktisi Buddhis yang baik. tapi kalau saya telusuri secara tekstual (teori), apa yang disampaikan oleh penulis adalah memang merujuk ke teks-teks Buddhis yang valid.
"Listen, O disciple Peldar Bum
Hear me, O wealthy and faithful one.
Future lives are longer than this life.
Have you arranged food and provisions?
If you havent arranged provisions,
Gain them through practicing charity!
Listen O disciple Peldar Bum
Hear me, O wealthy and faithful one.
Future lives cause more fear than this life.
Have you arranged a guardian escort?
If you havent arranged an escort,
Gain one through practicing pure Dharma."
- Milarepa -
"What result does a person acquire by thinking only of this life? He acquires a result right there. What does he acquire in the future? He is born in the hells, as a hungry ghost or as an animal"
- Guru Atisha -
"Tomorrow or future life, because I can't be sure which of them will come first, I should strive on behalf on behalf of future lives and not strive for the sake of tomorrow."
- Liberation in Our Hands -
Di atas adalah beberapa teks yang berhasil saya temukan yang mendukung statement penulis.
Saya lihat juga banyak materi-materi senada yang bisa ditemukan di website materi pengajaran resmi dari HH Dalai Lama 14 di https://www.jangchuplamrim.org/
Jadi sepertinya penulis tidak asal comot ide.
Oleh karena itu, kesimpulan yang bisa saya ambil dari diskusi ini adalah bahwa benar kita perlu meneladani kerendahan hati seorang Buddha yang berkata bahwa apa yang Beliau ajarkan pun hanya bagaikan segenggam daun simsapa di tangan beliau dibandingkan dengan yang ada di hutan (Simsapa Sutta). Seorang Buddha saja begitu rendah hati, bagaimana pula dengan kita yang hanya manusia biasa, yang sangat mungkin, masih sangat terbatas pengetahuannya dan masih sangat kurang belajarnya. Banyak teks, banyak sutta, banyak sutra yang belum kita pelajari.
2. Tentang teori dan praktik.
ReplyDeleteDari yang saya baca, penulis sepertinya tidak berat sebelah antara teori dan praktik. Penulis berpendapat bahwa perlu teori dulu then juga perlu praktik. Penulis menggunakan istilah BELAJAR, MERENUNG DAN BERMEDITASI. Keduanya butuh.
Saya pribadi setuju dengan analogi yang diberikan oleh penulis ttg seorang dokter yang perlu belajar dulu sebelum bisa start mulai mengoperasi pasien. Saya rasa ini adalah analogi yang sangat pas. Seorang dokter yang hanya belajar tapi tidak turun tangan mengobati orang juga percuma (belajar tanpa praktik tidak ada gunanya, sebagaimana yang disampaikan oleh comment-er di atas) dan seorang yang ujug2 mengoperasi pasien tanpa belajar dulu tentu juga tidak benar.
Saya ingat dulu, di sekolah juga demikian. Biasanya kita dikasih teori dulu di kelas (misalnya kimia), then after that baru kita praktikum di lab. Hehe.
Jadi saya setuju, kita perlu banyak belajar supaya wawasan kita luas dan kita lebih well prepared untuk bisa bantu banyak orang.
3. Tentang tekad seorang Buddha dan kondisi Buddha yang sudah maha parinibbana.
Saya tidak berani terlalu banyak berkomentar di sini, karena kondisi batin seorang Arahat yang sudah mencapai Nibbana seperti apa saya tidak tahu.
Tapi berdasarkan penelusuran saya, bahkan diskusi mengenai kondisi batin seorang Arahat lah yang memulai munculnya beberapa kelompok Sangha di zaman konsili awal2.
Jadi baiknya kita tidak terlalu memegang teguh pendapat kita tentang hal ini dan 'menyerang' pihak lain yang berseberangan pendapatnya, karena we actually dont know what exactly it is.
Kita tidak tahu apakah benar setelah Buddha mencapai maha parinibbana then he really stops do anything or he still emanates his activities to help beings.
Ini akan jadi debat kusir.
Tapi kalo ada yang tertarik, banyak studi literatur filosofis yang membahas tentang hal ini. Sayangnya saya belum cukup ahli mempelajarinya sehingga tidak bisa share di sini.
Dari yang saya pelajari, seorang calon Buddha, biasanya melakukan pernyataan tekad (Aditthana) untuk mencapai Kebuddhaan. Dan dalam proses mencapai Kebuddhaan tersebut, beliau terlahir dalam berbagai jenis alam mengumpulkan parami, menolong makhluk, untuk bisa jadi Buddha.
Setelah jadi Buddha, beliau terus mengajar dan menolong para makhluk.
Pertanyaan saya, setelah beliau maha parinibbana, apakah Beliau stop menolong para makhluk? Atau beliau tetap konsisten menolong para makhluk dengan cara2 yang mgkn tidak bisa kita cerna? I dont know honestly. Tapi logika saya, harusnya beliau akan terus bekerja untuk kepentingan semua makhluk, secara konsisten.
Nibbana artinya padam. Aktifitas seorang Arahat tidak lagi dipengaruhi oleh hukum karma, tapi bukan beliau tidak beraktifitas. Kalau tidak salah, ada diperkenalkan sebuah istilah yang namanya kiriya untuk merujuk ke aktifitas kesadaran seorang Arahat. Jadi yang saya tangkap di sini, padam tidak berarti Arahat tidak beraktifitas, tapi mereka masih beraktifitas hanya saja sudah tidak melalui cetana, karma dsbnya, karena aktifitas mereka murni dari hal demikian.
Mungkin Buddha juga demikian. I dont know.
Overall, I think kesimpulan yang mau saya ambil untuk diri saya sendiri, sungguh banyak ya lautan pengetahuan di dunia ini. Jika apa yang Buddha ajarkan aja hanya ibarat segenggam daun simsapa dibandingkan dengan seluruh hutan, apalagi saya yang belajar juga masih ga banyak. Boro2 praktik saya yang juga masih banyak bolong2, jadi baiknya saya tidak mengambil kesimpulan terlalu cepat tentang pengetahuan dan praktik orang lain.
Sotthi Hotu.
artikel ini bertele-tele. tidak kepada inti.
ReplyDeletebelajar lebih dalam lagi tentang dharma dan cari sumber yang bisa dipertanggung jawabkan.
apapun motivasi artikel ini, saya harap itu baik.
tapi bagi saya, praktek dharma yang baik adalah yang berguna untuk orang banyak. untuk semua makhluk, dengan berdoa sekalipun menurut saya itu sudah praktek dharma.
Ini penulis Pinter apa sok kepinteran yah???
ReplyDeleteSebenernya dibilang salah gak dibilang bener juga gak?
Ada baiknya saya sebagai pembaca saya berterima kasih karena saya sudah di ingatkan melalui artikel ini.
Tetapi sang Budha melalui ajarannya selalu mengingatkan kita agar tetap berjalan pada 3 aspek : pikiran benar. Perkataan benar. Perbuatan benar. Lalu apa yang mendasari nya? Sang Budha mengajarkan kita untuk kita tetap sadar atau eling. Kita harus sadar kita untuk hidup untuk saat ini. Bukan pada masa lampau atau untuk masa depan. Masa lampau tidak bisa diperbaiki. Masa depan belum anda tahu jika anda sibuk dengan masa depan maka masa yang saat ini anda akan terbengkalai.
Saya pribadi saya tidak belajar teoritis agama Budha saya tidak rajin datang ke vihara. Saya pemeluk agama Budha tapi saya belajar drpd pembeberan ceramah Banthe atau Bikkhu atau orang orang ternama (maaf saya sebutkan namanya) Mr. Po/PonijanLiau. Romo Chunda. Pak Andry Wongso. Banthe Uttamo. Banthe Pannyavaro.
Anda boleh melihat lihat video ceramah Banthe Utto di YouTube saya sependapat dengan beliau. Kita /kebanyakan orang awam tidak / belum pernah merasakan seberapa nyaman surga tersebut / benarkah ada surga tersebut. Semua itu toh hanya jarinye buku toh. Dijelaskan di buku. Dan ini lah setiap Kali pembukaan ceramah Banthe Ananda selalu berkata ini lah yang Ku dengar dari pendengaranku ada/tidak ada nya tergantung pendengaranku. Jadi kalau semua dapat dibuktikan secara fakta surga beneran ada enak lho disana kita balik ke Dhamma Class langsung pada Ramai Dhamma Class tsb. Hal ini yg faktanya banyak orang ingin membuktikan maka dari itu banyak agama yg terpecah belah. Bahkan menimbulkan konflik.
Jadi saya sebagai umat Budha saya bukan sales yang menjual surga. Semua sudah ada teori nya yang Sang Budha ajarkan adalah ajaran Baik. Mau dikuti boleh tidak juga gak apa apa. Semua orang punya hak Dan gak dipaksa. Bukannya atas dasar perintahku Dan kuasaku.
Thanks
Agar menambah wawasan penulis Dan pendengar. Dengarkan ceramah ceramah dari YouTube.
Serta dengarkan radio cakrawala 98.3 FM pada jam 8 - 9 malam setiap hari sabtu. Malam acara Subasitta. Dipandu dengan Mr.Po Dan Pak Heru Suherman.
Saya pribadi prefer mendengarkan Praktek Dan menjalankannya ketimbang Teori setinggi gunung Prakteknya Nol.
thanks
Salam kenal,
DeleteBuddha memang mengajarkan kepada kita untuk memikirkan kehidupan akan datang. Ini ada di Samyutta Nikaya
“Oleh karena itu, seseorang harus melakukan kebajikan Sebagai tabungan bagi kehidupan mendatang. Kebajikan adalah penyokong makhluk-makhluk hidup [Ketika mereka muncul] di alam lain.”
Samyutta Nikaya III:388, Khotbah kepada Kaum Kosala
Jadi jangan mencampuradukkan praktik vipassana, hidup berkesadaran, dgn hal ini. Itu dua hal yg berbeda namun saling melengkapi.
Sila, samadhi dan panna, jgn dicampuradukkan.
Sila itu praktik mempersiapkan kehidupan akan datang. Samadhi adalah praktik meditasi.
Saya sarankan anda untuk belajar lebih banyak lagi ya..
Yang setuju sama "PENTINGNYA KEHIDUPAN MENDATANG" selalu pake Samyutta Nikaya III.
DeleteYa silakan aja, itu kan hak masing2 individu.
Tapi buat saya, pengangan saya cuma
"sabba papassa akaranam
kusalassa upasampada
sacitapariyo dapanam
etam buddhana sasanam"
Kalo kita hidup dimasa sekarang, berbuat baik dimasa sekarang, hasilnya juga mudah2an terbawa di kehidupan yang akan datang.
Masa depan kita adalah BUAH DARI APA YANG KITA KERJAKAN SEKARANG.
karma, remember?
Kalo CUMA ngurusin kehidupan NANTI YANG PENUH KETIDAK PASTIAN, jadi sama aja kayak agama tetangga yang jualan SURGA.
terbuka untuk diskusi di gouwphengui@gmail.com
metta cittena _/\_
Budha mengajar dhama untuk apa???dia tidak pernah mau org menjadi muridny dan tdk mengininkan untuk org belajar dhamma lalu knp hrus memaksakan???tdk perlu sedih nmbah smsara malah,,,cukup kta share jika ingin lebih tenang dlm jalanin hidup bs dgn bermeditasi,,,budha guru jg memberi 2 jalan yakni jalan perumh tangga dan yg menjadi bhiku,,,jd klenteng yah g masalah,,,mw berdoa tdk apa apa asal jgn lah kita minta yg aneh" cukup menharap semoga semua mhkluk bahagia dan kita berbahagia smoga semua berjalan dgn tepat waktuny,,,,sangat damai mudah di pahami,,,k vhr tiap mggu jg mengurangi dgn meditasi,,,apabila sdh pensiun bekerja bru bs dgn tekun meditasi krn untuk perumh tangga bbrp wkt jg untuk urus rmh tangga,,,,
ReplyDeleteBuddha tdk pernah nyari2 org buat jadi murid, setuju, benar.
DeleteHarusnya kita yg sedih kalo ga belajar dan kita yg ngejer2 spy bisa banyak blajar.
Sudah pensiun baru meditasi? Yakin anda bisa hidup sampai melewati umur pensiun? Atau kalopun bisa, yakin anda masih sehat lahir batin bs duduk meditasi?
Start now sis! Belajar dri skrg, praktik dari skrg! Kok nunda2 tunggu tua....
dear anon,
Deletekenapa harus sedih? kalau sedih kapan bisa jadi Buddha nya. kalau sampe kebawa perasaan berarti ada kemelekatan. penulis kan yang punya ide "HARUS JADI BUDDHA" dengan berbagai teorinya.
iya, tapi perlu diinget, meditasi itu apa.
tujuan meditasi apa.
meditasi itu gak cuma duduk posisi lotus mata ditutup loh.
selama bisa sadar setiap moment itu apa gk terhitung meditasi?
karena menurut saya yang penting adalah, kesadaran akan moment saat ini atau eling.
tapi apalah saya yang hanya umat awam.
metta cittena _/\_
Kelihatannya penulis sendiri masih rancu tentang kelenteng....
ReplyDeleteKelenteng adalah generalisir tempat ibadah bersama dari 3 agama yang berkembang di Tiongkok... baik Buddha, Konghucu, maupun Tao.
Memang banyak umat kelenteng yang tidak mendalami ajaran Buddha Dharma.
Karena mereka adalah umat awam Konghucu ataupun Tao, walaupun karena berbagai keterbatasan yang berlangsung selama ini menyebabkan mereka sendiri tidak menyadari kalau mereka bukanlah umat Buddha.
Dewa - dewi yang ada di kelenteng, adalah Shen Xian dari Tao maupun Shen Ming dari Konghucu. Pengertian / definisi-nya jauh berbeda dengan Deva Devi dalam Buddhism.
Hati-hati dalam menjelaskan/menguraikan, jangan sampai jadi permainan / politisasi meninggikan satu agama & melecehkan yang lainnya.
Samyutta Nikaya III:388, Khotbah kepada Kaum Kosala:
ReplyDelete“Oleh karena itu, seseorang harus melakukan kebajikan Sebagai tabungan bagi kehidupan mendatang. Kebajikan adalah penyokong makhluk-makhluk hidup [Ketika mereka muncul] di alam lain.”
Senoga semua makhluk berbahagia.....
Sadhu sadhu sadhu
Yang setuju sama "PENTINGNYA KEHIDUPAN MENDATANG" selalu pake Samyutta Nikaya III.
DeleteYa silakan aja, itu kan hak masing2 individu.
Tapi buat saya, pengangan saya cuma
"sabba papassa akaranam
kusalassa upasampada
sacitapariyo dapanam
etam buddhana sasanam"
Kalo kita hidup dimasa sekarang, berbuat baik dimasa sekarang, hasilnya juga mudah2an terbawa di kehidupan yang akan datang.
Masa depan kita adalah BUAH DARI APA YANG KITA KERJAKAN SEKARANG.
karma, remember?
Kalo CUMA ngurusin kehidupan NANTI YANG PENUH KETIDAK PASTIAN, jadi sama aja kayak agama tetangga yang jualan SURGA.
terbuka untuk diskusi di gouwphengui@gmail.com
metta cittena _/\_
Ulasan yang baik.
ReplyDeleteLebih baik jika banyak belajar terlebih dahulu tentang budhis. Konghucu.taoisme.
sharing bisa dengan saya di rudirupian@yahoo.com ktmu lsung jg boleh saya di bali.
terima kasih
Belajar lagi sejarah agama di indonesia ya.
ReplyDeleteTeman-teman
ReplyDeleteberdasarkan yang saya tangkap dari penulis,,
maksudnya adalah jika teman-teman memang BENAR-BENAR ingin berbuat bajik, silahkan cek kembali lagi pada motivasi masing-masing.
contohnya saja, pada saat berdana, apa yg anda pikirkan pada saat itu. Jika pikiran anda pada saat itu hanya memberikan sepeser uang,, itu BUKANLAH suatu praktik Dharma. Motivasi tersebut malah hanya sekadar memindahkan uang dari tangan kita ke tangan orang lain.
Berbeda halnya jika anda berpikir bahwa uang dana ini bisa digunakan untuk org tersebut supaya mampu praktik dhamma.
Jadi,, untuk orang yang hanya membaca sekilas dan lantas langsung mengambil kesimpulan bahwa penulis itu salah,, bisa coba kembali memeriksa motivasinya lagi mengapa bertindak demikian.
sekian
ini forum bebas kan?
Deleteblogspot yang dapat diakses siapa saja, dan dapat di comment oleh siapa saja yang bisa mengakses internet, dan penulis yang melakukan post ke blog ini harusnya sudah siap dengan orang2 yang kontra dengan tulisan yang dibuat.
tujuan nya comment yah mudah2an diskusi, dan dengan kritik yang sudah sangat banyak si bagian comment, penulis juga tidak memunculkan diri. malah akhirnya org lain dengan PEMAHAMANNYA SENDIRI JUGA yang membalas kritik2 tersebut.
ntah penulis sudah muncul dengan akun cloningnya atau bagaimana.
setuju motivasinya bagus, tp jelas penyampaiannya tidak tepat (setidaknya menurut saya) dan banyak poin2 atau aspek2 yang tidak dianggap.
jadi kenapa comment disini, karena ini blog, dan jgn pernah harap semua pro terhadap suatu ide. mudah2an penulis jadi tau atau mungkin sudah tau tapi lupa kalau ada perspektif lain atau aspek lain yang perlu dipertimbangkan.
terima kasih.
Dear bro Dedi Yanto dan teman2,
ReplyDeleteSupaya ga salah kaprah dlm 'mempraktikkan' latihan hidup di saat ini, kebetulan Bhante Uttamo baru saja bbrp jam yg lalu menjelaskannya di acara Dhamma Talk 2015 hari ini di Hotel Grand Mercure Jakarta:
"Mempraktikkan hidup di saat ini tentu juga butuh perencanaan masa depan, perlu tahu tujuannya mau ke mana. Ibarat mau pasang keramik, pertama2 masang benang dulu supaya lurus, itu adalah tujuannya. Hidup saat ini adalah mata memandang fokus ke keramik yg sdg dipasang. Keramik yg sdh terpasang adalah masa lalu. Pelan2 baru satu lantai bisa kepasang penuh semuanya. Sama halnya, kalo tdk pasang goal tidak tau tujuan mau ke mana, maka latihan 'hidup di saat ini' nya tidak terarah. Keramiknya kepasangnya blonteng2."
Bhante Uttamo jg pake bbrp cth lain serupa mis org menjahit atau saat org makan.
Jadi Bro Dedi, semoga latihan praktik 'hidup di saat ini' nya didukung teori yg cukup dan sering ikut ceramah Bhante ya spy keramik yg kepasang ga blonteng blonteng..
Setuju dgn komen di atas ane... praktik apapun perlu make clear motivasi nya apa, tujuannya apa.
Perlu mikirin masa depan dan bikin roadmap, kalo kata bhante Uttamo.
Semoga semua berbahagia.
Sadhu.
Dear bro Indra,
DeleteSetuju sama planning, roadmap nya Bhante Uttamo.
Tapi apa perlu plan kita sampai "kehidupan berikutnya mau jadi dewa ah", apa itu gk jadi terlalu muluk2?
Plan pasti perlu lah, hidup juga gk kyk sampah tengah laut yang terombang ambing gk jelas ikut ombak.
jadi menurut bro indra, apa sih buddhis yang sesungguhnya?
yang belajar banyak banget teori?
jadi orang tua yang menjalani praktik dhamma, walaupun tidak seutuhnya, apa jadi buddhis kw2?
sebelum melenceng terlalu jauh.
terima kasih.
Selamat malam..
ReplyDeleteBaru selesai baca artikel ini beserta komentar-komentarnya.
Ya sangat miris memang kondisi real di "lapangan".
Bagi sy pribadi, sebagai seseorang yg mengenyam pendidikan agama Budha di sekolah dan juga berkecimpung di organisasi Budhis saat kuliah, merasa bahwa isi artikel sangat mengena walaupun kata2 yg digunakan straight forward, to the point tanpa pandang bulu.
Justru dari komentar2 (negatif) yg dilayangkan salah satunya seperti misalnya ketidakpastian kehidupan NANTI yang dikatakan tidak perlu terlalu diurus, sy jadi bertanya-tanya apakah kehidupan sekarang ini bisa dipastikan? Ketika masih di bangku kuliah, kita mungkin mempunyai rencana setelah lulus kuliah jurusan ekonomi (misalnya), ingin kerja di bidang perbankan, mencari pasangan di usia sekian, menikah dan berkeluarga, pensiun di usia 50 dst dst. Lantas apakah itu bisa dipastikan? Saya rasa tentu tidak, karena umat Budhis seharusnya menyakini adanya Karma sehingga apapun bisa terjadi tanpa pemberitahuan sebelumnya, tanpa dapat kita atur waktu berbuahnya.
Kalau tidak bisa dipastikan, mengapa kita fokus hanya pada kehidupan ini? Kita mungkin berpikiran untuk membagi porsinya setengah2, setengah utk kehidupan ini, setengah lagi utk kehidupan mendatang. Kalau mau jujur dari aktivitas sehari-hari benarkah porsinya terbagi sama rata? Boro2 belasan atau bahkan puluhan tahun mendatang, besok aja tidak ada yang tau apa yg akan terjadi!
Selain itu, komentar2 yg menyarankan agar penulis untuk lebih banyak belajar lagi sebelum menulis, sy rasa itu adalah saran yg sangat tinggi-hati dan merasa diri paling benar dan hebat.
Ibarat wadah terbalik.
Bahkan nektar Dharma murni yg bisa mencerahkan seseorang dalam sekejap dari kekotoran batin pun menjadi percuma dituangkan karena tidak akan tertampung bagi wadah yg terbalik.
Saran bagi penulis agar tetap menulis sesuatu yg bermanfaat lainnya (mungkin) dengan gaya bahasa yg lebih 'cantik'.
Ingatlah kisah Dewadata, walaupun Ia berada di dekat Sang Budha, Ia tidak dapat melihat Sang Budha sebagai makhluk tercerahkan untuk jangka waktu tertentu. Itu Sang Budha, sebagai makhluk biasa wajar sekali mendapat kritikan, walaupun seringkali tidak membangun.
Sotthi Hotu.
Dear bro yang namanya disamarin jadi pencari pembebasan,
Delete"Justru dari komentar2 (negatif) yg dilayangkan salah satunya seperti misalnya ketidakpastian kehidupan NANTI yang dikatakan tidak perlu terlalu diurus, sy jadi bertanya-tanya apakah kehidupan sekarang ini bisa dipastikan? Ketika masih di bangku kuliah, kita mungkin mempunyai rencana setelah lulus kuliah jurusan ekonomi (misalnya), ingin kerja di bidang perbankan, mencari pasangan di usia sekian, menikah dan berkeluarga, pensiun di usia 50 dst dst. Lantas apakah itu bisa dipastikan? Saya rasa tentu tidak, karena umat Budhis seharusnya menyakini adanya Karma sehingga apapun bisa terjadi tanpa pemberitahuan sebelumnya, tanpa dapat kita atur waktu berbuahnya.
Kalau tidak bisa dipastikan, mengapa kita fokus hanya pada kehidupan ini? Kita mungkin berpikiran untuk membagi porsinya setengah2, setengah utk kehidupan ini, setengah lagi utk kehidupan mendatang. Kalau mau jujur dari aktivitas sehari-hari benarkah porsinya terbagi sama rata? Boro2 belasan atau bahkan puluhan tahun mendatang, besok aja tidak ada yang tau apa yg akan terjadi!"
Anda setuju kan kehidupan yang mendatang tidak bisa dipastikan?
ditambah kehidupan sekarang yang penuh ketidak pastian.
yang sekarang aja sudah tidak pasti, sudah ngga keurus, masi mau sibuk ngurus yang LEBIH TIDAK PASTI lagi?
adakah yang tau nanti setelah mati kali ini, akan lahir lagi jadi apa?
sebelum makin jauh,pertanyaan yang sama,
jadi menurut bro, apa sih buddhis yang sesungguhnya?
yang belajar banyak banget teori?
jadi orang tua yang menjalani praktik dhamma, walaupun tidak seutuhnya, apa jadi buddhis kw2?
haruskah seorang yang sudah berumur, bahkan lupa tanggal lahirnya sendiri, menghapal kitab tripitaka yang dibagi ke LEBIH DARI 10 bagian lagi?
sampe kah ilmu kita buat paham kitab abhidhamma yang katanya isinya sangat filosofis?
gak usah sampai paham tripitaka, dibaca dari 1 buku ke buku lainnya sampai habis, sanggup gk?
sebelum melenceng terlalu jauh.
terima kasih.
Dear Dedi Yanto,
DeleteSy baru pertama kali mendengar (dari Anda) bahwa seorang Budhis lebih mementingkan kehidupan saat ini daripada kehidupan mendatang. Kalau bener begitu, tak perlu ada kelahiran kembali, kubur saja Karma. Tak ada gunanya saling balas. Beda pemahaman ujung2nya hanya debat kusir. Hati2 dengan pandangan salah.
Sekian dan terima kasih.
itu tidak menjawab apapun hehe
Deleteditanya apa jawabnya apa, saya juga nyari jawaban kok tp kalau disudahi yasudah.
terima kasih hehe
Wadoh jadi jlep jleppp
ReplyDeletewew... artikel yang menarik untuk direnungkan
ReplyDeleteMakasih teman teman atas komennya.
ReplyDeletesaya enggan reply krn biasanya kek ginian takut jadi debat kusir. maaf yah.
sedikit aja saya komentari.
mengenai bait yang dedi bilang itu tentunya itu bener banget. tapi bait yang dari joni1986 juga bener. karena itu sama sama ajaran sang Buddha.
Berarti dua duanya harus nya bisa kita terima dengan baik juga. bahwa selain kehidupan ini, ada kehidupan mendatang juga yang mesti dipikirin. tujuan saya hanya itu aja kok.
Buddha mengajar selama 45 tahun, tentunya untuk mengatasi berbagai macam kilesa. Mungkin ada yg cocok dengan sutra tertentu, mungkin jg ada yg cocok dengan sutra yang lain, semuanya sama sama ajaran Buddha.
Liat aja di apotik, kita mau cari obat batuk aja ada macam-macam, karena tergantung sama penderita nya cocok atau nggak.
Nirwana itu ga bisa dicapai kalau kita nya nggak pernah mikir mau kesana. Jadi pikiran kita itu harus diarahkan. Ga bisa berharap selama saya berbuat bajik, saya pasti aman. Ya amannya apa dulu, kalau kita banyak berdana aja (tanpa diarahkan ke nirwana misalnya) ya kita kemungkinan besar akan lahir jadi dewa yang berumur panjang. Setelah karma baik kita habis di alam dewa, akan kemana kita selanjutnya?
Buddhis yang sesungguhnya adalah yang menerapkan banyak berbuat bajik, jangan berbuat jahat dibarengi dengan motivasi yang kuat untuk kehidupan akan datang kita lahir lagi jadi manusia buddhis lagi lanjutin pelajaran dharma kita. Atau semoga bisa cepet cepet keluar samsara, atau cepet cepet jadi Buddha yang lengkap sempurna.
Mengenai Plan.
Lebih penting mana duniawi atau spiritual? Harusnya sih lebih penting spiritual yah heheh…
Kalau urusan duniawi aja kita bikin plan dengan baik baik, bukankah spiritual justru lebi harus lagi kita planning?
Tujuan planning itu kan agar kita punya arah kehidupan toh, ya memang ditengah jalan apapun bisa terjadi, tp kan setidaknya kita punya plan, dengan plan tersebut, walaupun kita terombang ambing, tp setidaknya perahu kita diarahkan ke tujuan akhir tersebut. Seperti benang yg di ceramah bhante Uttamo diatas.
Concern utama saya adalah agar orang menentukan tujuan akhirnya mau kemana. Jangan terombang ambing terus dilautan samsara. Arahkan kapal kita. Jangan hanya mikir this life aja.
Ada caranya agar this life kita juga terurus kok. Silakan baca ulang artikel saya dengan ‘gelas kosong’ jangan ‘gelas penuh’ karena ga akan bisa nampung info yang baru.
Segala kesalahpahaman yang mungkin timbul tentunya adalah kesalahan saya semata, saya akan terus belajar memperbaiki diri.
Lanjutan artikel saya:
https://sankhapala.wordpress.com/2015/11/25/lanjutan-kamu-buddhis-yakin/
mengenai kelenteng jg saya bahas disitu yak.
sarva mangalam
sankhapla
https://sankhapala.wordpress.com/2015/11/25/lanjutan-kamu-buddhis-yakin/
ReplyDeleteNamo Buddhaya..Wow.. banyak Buddhist yang masih care ya dan banyak yang dalam pemahamannya.. senang liatnya posting diatas, saling mencerahkan..
ReplyDeleteMenurut saya si penulis malah tidak mengerti dhamma ajaran guru Buddha. Dhamma itu sangat luas cakupan nya. Bukan seperti kurikulum sekolah atau teori motivator.
ReplyDeleteMenurut saya si penulis malah tidak mengerti dhamma ajaran guru Buddha. Dhamma itu sangat luas cakupan nya. Bukan seperti kurikulum sekolah atau teori motivator.
ReplyDeleteSABBE SATTA BHAVANTU SUKHITATA
ReplyDeleteBanyak hal yg gw gak setuju dgn penulis..
ReplyDeleteknp kita harus memusingkan kita buddhis atau bukan..
Ajaran sang buddha yg utama adalah 5sila,8 jalan utama..
gak mesti utk jd buddhis br bisa menjalankan nya..
gak ada yg salah dgn sembayang dikelenteng yg menghabiskan banyak duit utk membeli dupa n minyak..
Apakah penulis tau kekuatan doa??
apakah didunia ini cuma sang buddha yg patut kita percaya??
agama saya buddha namun kepercayaan banyak..
saya percaya kpd thien,dewa dewi,jesus,bunda maria..
mungkin bg kebanyakan org akan menganggap saya tidak bnr..
namun saya akan terus spt ini krn apabila saya membeda bedakan,saya hanya akan menjadi spt kebanyakan manusia2 skrg..
yg fanatik..
saya gak bs spt penulis yg bisa menuliskan dgn baik..
sehingga meminta maaf apabila ada kesalahan dlm tulisan..
Percaya dengan guru2 spiritual lain benar pak, yg mnjadi KURANG benar jika sembahyang di kelenteng hanya untuk memupuk keserakahan, ingin ini itu dan sebagainya...berapa banyak orang memuja dewa rejeki, padahal sesungguhnya terlahir sebagai dewa rejeki karna kekuatan kebajikannya masa lampau...berapa banyak orang memuja sivali, mereka lupa bahwa menjadi sivali yg selalu beruntung karna kebajiknnya masa lampau..
DeleteTerkadang kita lupa, jika yg kita perjuangkan mati2an sesungguhnya adalah bahaya kehidupan,
Jika masalalu tidak bisa terulang kenapa harus kita sesali ?
ReplyDeleteJeka masa depan kita tidak bisa kita ketahui kenapa harus harus kita khawatirkan ?
Jika masa sekarang kita bisa bahagia mengapa harus kita lewatkan ??
Shabbe satta bhavantu sukhitatta
Jika masalalu tidak bisa terulang kenapa harus kita sesali ?
ReplyDeleteJeka masa depan kita tidak bisa kita ketahui kenapa harus harus kita khawatirkan ?
Jika masa sekarang kita bisa bahagia mengapa harus kita lewatkan ??
Shabbe satta bhavantu sukhitatta
setiap laku dan perbuatan kita didunia akan dinilai, ditimbang dan diadili olehNya, karma itu nyata adanya bahkan jaman sekarang kita tidak perlu waktu yg lama untuk melihat karma menimpa seseorang, kita hanya perlu menjalani hidup ini dengan sebaik2nya yg kita mampu, karena kita makhluk berakal kita bisa memilih untuk berbuat apapun, hidup adalah pilihan, kutipan dari kata paus Fransiskus kita tidak perlu punya agama untuk mengenal Tuhan; Dalai Lama mengatakan "kalau tidak bisa berbuat baik, setidaknya berusaha tidak mencelakakan orang lain; kalau itu bisa kita praktekkan mudah2an kita tidak ketiban karma buruk.
ReplyDeleteSaya sendiri KTP budha karena warisan orde baru, 14 tahun disekolah dari tk sampai kuliah belajar agama kristen, pernah baca kitab tengah sempurna nya Konghucu, kesimpulannya kalau agama dibahas dalam forum pasti terjadi debat kusir.
Selamat malam semuanya mohon maaf kalau komen saya tidak memberi arti ataupun mengganjal dihati para pembaca.
halo, thanks atas komennya. saya setuju banget kalau diterusin akan debat kusir.
ReplyDeleteartikel ini dibuat tentunya dari sudut pandang saya sebagai seorang pemeluk agama Buddha, saya ini orang theravada, mahayana dan vajrayana. saya juga dulu nya kristen dan katolik.
belakangan mendalami mahayana khususnya tibetan, khususnya Lamrim, menggerakkan hati saya untuk sharing kepada teman-teman mengenai apa itu menjadi buddhis menurut apa yang saya pelajari.
Jadi terlepas dari salah atau benarnya, pasti akan mengundang reaksi, krn masing masing bawa bendera nya masing masing.
Ajaran Buddha singkat dalam 4 baris, jangan berbuat jahat, banyak berbuat baik, sucikan hati dan pikiran.
Ajaran Buddha sungguh luas, dalam bentuk berlemari lemari Tipitaka.
Sanggup kah kita belajar itu semua? Lamrim tidak membawa agama baru atau kepercayaan baru. dia membawa sebuah ringkasan seluruh ajaran Buddha menjadi sebuah tahapan tahapan jalan yang akan membawa kita menuju pembebasan. Hanya itu.
Seorang romo MBI berkata kepada saya, "Saya telah belasan tahun belajar Tipitaka, tapi setelah saya membaca lamrim, saya jadi semakin jelas kemana arah saya, saya jadi punya semacam PETA untuk perjalanan spiritual saya."
So, Lamrim is not a new teaching, it's a map to guide us through the ocean of samsara. Whether you want to use the map or not, it's up to you, but with a map, i'm sure i'll get there faster :).
Sebelum memutuskan utk mengomentari dengan serangan yang bertubi tubi, coba silakan dipelajari dulu.
"don't judge it's book by it's cover"
Terima kasih telah mau mampir ya.
Sarva Mangalam.
Terlalu simple org yg menyimpulkan agama buddha dgn 4 ajaran singkat.ini ciri2 org yg mata hati sudah ditutup oleh sang pencipta.moha...dalam hati itu ADA.anda tidak akan merasakannya ketika anda tidak tau tujuan arah hidup.moha bisa dirasakan saat anda ingin pembebasan hidup dan berlatih.contohnya...ah malas saya lakukan hal begini kyk meditasi,berdoa dll.ingat alam NERAKA space sgt besar utk org2 yg sudah tak beriman/melakukan kejahatan selama hidupnya.anda tau sendiri kalo yg jatuh ke neraka.ygbisa bantu siapa>>>>buddha,manusia.lakukan kenapa anda membiarkan diri jatuh utk ditolong.masa hukuman dineraka bukan main lamanya.bisa ratusan tahun dan tiap hari mendapatkan hukuman sama sesuau dosanya.apalagi doaa bagi yg bunuh diri.sungguh tak terbayangkan sengsaranya...jasmani ini diberikan lalu bunuh diri.itu sama dgn melawan langit.TIDAK PERLU MEMBAHAS AGAMA SATUDGN LAIN.TAPI BAHAS LAH DIRI SENDIRI...APA YG SELAMA INI ANDA LAKUKAN UDA BETUL?HIDUP INI ADASEJENIS HUKUM ALAM.ALAM PUNYA KEKUATAN PENUH YG TIDAK BISA DIKETAHUI SIAPAPUN ATO AGAMA APAPUN.SUNGGUH LUARBIASA.RAHASIA ALAM TIDAK ADA YG MENGETAHUINYA.AGAMA ITU IBARAT MAKANAN 5SEHAT.SUDAHKAH ANDA BENAR2 MENJALANKAN AGAMA YG ANDA PERCAYAKAN SEPENUH HATI DAN BERKESINAMBUNGAN.BAIK TIAP MENIT MAUPUN DETIK SAMPAI AKHIR NAFAS TERAKHIR....ITU INTINYA.
ReplyDeleteAnda2 tidak perlu cari tau manusia inj asal dari mana...itu rahasia alam.masing2 agama punya penjelasan sendiri dan masing2 menganggap yg mereka dpt itu betul.sayakasi tau.itu rahasia alam.manusia tak akan mampu mendapat jawabannya.
ReplyDeleteSaya mau tanya kepada anda semua....kenapa manusia dilahirkan ada miskin,kaya,sedang.terus kenapa afa yg miskin selama hidup bisa kaya,miskin selama hidup tetap miskin,kaya jadi miskin,kaya tetap kaya.Tuhan itu maha pengasih dan penyayang.kenapa manusia dilahirkan kondisi begitu.ada pula uda miskin badan cacat dsb...coba renungkan ini.....sangat penting...
Kunci hidup berubah menjadi lebih baik...
ReplyDelete1.senyum pada semua makluk hidup
2.membantu sesama yg sedang membutuhkan baik materi dan dll dgn sekuat tenaga tanpa bayangkan balasan...bisa kah anda lalukan ini dgn bisa mengontrol pikiran anda seperti itu....SUNGGUH TAK MUDAH.
3.selalu bersyukur apa adanya dan tidak menuntut apa yg org lain miliki saya harus ikut memiliki.
4.saling menghormati dan hargai setiap org.termsk musuh dan org yg anda dendam.selalu senyum...bisakah anda.
5.rajin berdoa.
6.ikutin ajaran agama jgn membunuh,dusta,zina,mabuk2an,rokok,tidak melukain org suci sekaligus kalo mereka berbuat yg tidak baik seperti seorang ulama,ustad,biksu,dll.karna gmn pun mereka punya kelebihan dari pada kita org awam utk bisa jadi org suci begitu.
7.bakti kepada org tua dan leluhur kita
8.kontrol emosional tiap ketemu masalah.
9.byk ajaran sesat skrg.hanya org yg punya kemampuan mata batin yg bisa melihat.sebelum anda ikut..pelajarin dulu apa dan kenapa....wawasan sgt penting.jgn hanya ikut2an karna teman saudara sudah ikut.sungguh bahaya.
10.prinsipkan bahwa kematian uda pasti dialami tiap org.buatlah sesuatu agar bisa berguna buat org dan generasi berikut.
11.jgn membunuh biarpun ia nya seekor semut.apa bedanya seekor semut dgn seorang manusia.sama2 1 nyawa.beda jenis dan akal budi.kenapa manusia bisa beranggapan seekor binatang layak dibunuh.coba bayangkan kalo di agama buddha ttg kehidupan kembali...semut tsb merupakan ibu kita di kehidupan lalu.hati nurani anda kemana ga kasi makan bahkan sampai membunuhnya.sungguh2 dosa berat.
Oh Tuhan bukakan lah mata hati umat mu yg telah buta selama ini.ampuninlah dosa2 mereka.
12.miliki segala materi supaya bisa berbuat baik dgn materi tsb.paling tidam dgn tenaga dan senyum...tetapi tidak melekat padanya akan materi tsb.karna mati tak bawa bro2...
Selalu berdoa agar semua makluk hidup bisa bahagia,kaya,sehat,lancar,tanpam,cantik,berhati kasih,damai,negara makmur,dlll
ReplyDeleteJANGAN BERDOA BUAT DIRI SENDIRI...SUNGGUH SERAKAH DAN EGOIS.