Monday, February 16, 2015

15022015 Review Retret ILF 2015: 7 Poin Instruksi Sebab dan Akibat (Mengingat kebaikan Ibu-ibu Kita dan Membalas Kebaikan Ibu-ibu Kita)


Kelas dibuka oleh Ko Hendra Wijaya dengan mengulang 4 bab utama pada Lamrim.
Ia menekankan dalam melakukan meditasi kita harus memiliki modal, yaitu ingatan akan pembelajaran (outline Lamrim, kutipan-kutipan, poin-poin dari guru besar). Dan selama perenungan kita harus menggunakan segala pembelajaran kita untuk menyerang batin kita,seperti gunung yang diserang dari segala arah.
Pada kelas kali ini, dibahas 2 poin instruksi batin yaitu mengingat kebaikan semua mahkluk ibu-ibu kita dan membalas kebaikan semua mahkluk ibu-ibu kita.
Untuk melihat rangkuman pendek review retret sebelumnya, klik di sini.

Instruksi Tujuh Tahap Sebab Akibat:


1. Keseimbangan Batin

Memiliki batin seimbang bukan berarti kita melihat semua mahkluk sebagai robot atau menjadi netral terhadap semua mahkluk. Namun kita tidak menimbulkan kemelekatan pada orang yang kita sayangi dan menimbulkan kebencian pada musuh kita. Memiliki beda pendapat tidak dapat terelakan, namun kita tidak perlu menimbulkan ketidaksukaan.
Dan kemudian kita seharusnya bisa menimbulkan rasa sayang kepada mereka semua.

2. Mengenali semua mahkluk sebagai Ibu-ibu kita


Pada poin keseimbangan batin dan mengenali semua mahkluk sebagai Ibu-Ibu kita memang merupakan poin yang tidak mudah untuk direalisasikan. Namun kita tidak boleh tersendat dan tidak maju ke poin selanjutnya, melainkan kita harus tetap berusaha untuk mendapatkan sense terhadap 2 topik awal tersebut, melanjutkan untuk memahami keseluruhan poin ini dan kemudian mengulang kembali dari awal.

3. Mengingat kembali kebaikan semua mahkluk, ibu-ibu kita.

Setelah memahami bahwa semua mahkluk adalah setara dan pernah menjadi ibu-ibu kita dalam kehidupan yang tak terhitung banyaknya, kita harus mengingat kembali kebaikan apakah yang telah mereka lakukan dalam kehidupan ini.
Menjadi Ibu pada kehidupan lalu tidaklah menghilangkan makna akan kebaikan hati yang telah beliau lakukan. Rasa sayang yang kita terima dulu sama dengan rasa sayang yang kita terima saat ini.

Kebaikan yang telah ia lakukan terjadi pada 3 tahap, yaitu:
- Awal: Pada masa ini ia menjaga kita selama 9 bulan dalam kandungan, ia begitu memperhatikan semua gerak geriknya dan makanan yang dimakannya agar tidak membahayakan kita. Ia memakan makanan yang tidak enak demi kesehatan kita. Coba bayangkan, apabila ia menolak untuk memakan makanan tersebut ataupun bertindak ceroboh, mungkin kita tidak dapat memiliki otak yang cerdas untuk mengerti Dharma.
Sebelum kita lahir, ia sudah begitu menyayangi kita. Padahal ia tidak tahu akankah kita terlahir utuh atau cacat, cantik atau jelek, dan apakah akan menjadi orang baik atau jahat.
- Tengah: Setelah kita lahir, kita tidak lebih baik daripada seonggok daging, apabila ia meninggalkan kita sejam atau sehari, kita tidak akan mampu bertahan hidup. Ia membersihkan ingus kita dengan lidahnya karena takut tangan akan terlalu kasar dan melukai kita.
Bayangkan sudah berapa banyak hal buruk yang telah ia lakukan demi kita. Berapa banyak nyamuk yang dibunuhnya demi kita? Berapa banyak ikan atau ayam yang dipotongnya untuk menyediakan makanan segar bagi kita?
- Akhir: Ketika kita sudah besar, ia tetap menjaga dan menyayangi kita. Ia bekerja keras dan menabung untuk mempersiapkan kehidupan rumah tangga bagi putra-putrinya, mengatur pernikahan untuk putra-putrinya, dsb.

Setelah kita memahami dan mendapatkan sense akan kebaikan hati Ibu-ibu kita, kita seharusnya merenungkan kebaikan hati ayah kita dan semua mahkluk yang telah sama baiknya pada kita.

Tidak hanya pada kehidupan ini saja ibu kita baik pada kita. Pada kehidupan lalu, ketika kita menjadi hewan, ibu kita juga menyayangi kita. Ketika terlahir menjadi rusa atau anjing, ia rela menjilati tubuh kita ketika kita lahir. Ketika kita terlahir sebagai burung, ibu kita mencarikan makanan dan menjaga kita dari pemangsa.

Kita harus merenungkan hal ini hingga kita ketika kita melihat seekor semut, kita bisa langsung melihatnya sebagai ibu kita yang sangat baik kepada kita.


4. Membalas kebaikan semua mahkluk, ibu-ibu kita

"Dibuat gila oleh klesha, dibutakan oleh ketidaktahuan,
Dan tersandung pada setiap langkah
Menelusuri jalan setapak yang dipenuhi jurang terjal
Aku dan yang lain selalu berada dalam keadaan tidak menguntungkan
Semua mahkluk juga mengalami keadaan menyedihkan yang berlaku umum ini."
~Rangkuman Latihan

Begitulah keadaan ibu-ibu kita sekarang, dengan beban karma buruk yang siap berbuah dan batin dipenuhi ketidaktahuan, ia siap jatuh ke jurang neraka. Dan karma buruk tersebut dilakukannya karena kita.
Kita yang kini dapat membedakan mana yang baik dan buruk, kita yang mendapatkan keberuntungan untuk bertemu Dharma sejati, tegakah kita membiarkan ibu kita disiksa di neraka?
Kita harus memeditasikan: "Karena saat ini saya memiliki cara menyelamatkan semua mahkluk, ibu-ibuku, yang telah jatuh ke dalam pusaran besar samsara, makan sangatlah kejam dan keji jika saya tidak melakukannya. Adalah kewajibanku untuk menyelamatkan semua mahkluk, ibu-ibuku."


5. Cinta kasih yang menganggap semua mahkluk sebagai yang terkasih


6. Welas kasih yang agung


7. Tekad yang luar biasa

Wednesday, February 11, 2015

08022015Review Retret ILF 2015: 7 Poin Instruksi Sebab dan Akibat (Keseimbangan Batin dan Mengenali Semua Mahkluk sebagai Ibu-ibu Kita)

Pada kelas reguler bertemakan review retret Lamrim Desember 2014 dimoderatori oleh Hendra Wijaya atau biasa disebut dengan Ko Bule. Kelas kali ini membahas mengenai Instruksi Tujuh Tahap Sebab Akibat.

Hendra Wijaya menekankan bahwa warga KCJ yang telah belajar lama, bukan hanya belajar saja, namun sudah memasuki tahap merenung dan meditasi. Namun untuk dapat memasuki tahap tersebut, kita harus sudah menguasai pembelajaran atau sudah menghapal.


Instruksi Tujuh Tahap Sebab Akibat:


1. Keseimbangan Batin

Kita memulai dengan memeditasikan orang yang netral, orang yang kita suka dan kemudian orang yang kita benci.
Sebagai contoh, ketika melihat seseorang dari belakang, kita hanya bisa melihat punggungnya dan ketika itu batin mungkin masih netral. Namun ketika dia berbalik, apabila cantik akan menimbulkan rasa suka, namun apabila jelek, akan menimbulkan rasa tidak suka.

2. Mengenali semua mahkluk sebagai Ibu-ibu kita

"Jika kita mencoba menghitung silsilah kita dengan butiran tanah, seukuran jintan saru, seluruh bumi tidak akan mencukupi."
 ~Surat kepada seorang Sahabat

Setelah menganggap kita memiliki keseimbangan batin, kita memasuki tahapan selanjutnya yaitu 'semua mahkluk sebagai ibu-ibu kita.' Namun apakah hal itu memungkinkan?

Phabongka Rinpoche menjawabnya di dalam "Pembebasan di Tangan Kita."
- Kita harus yakin bahwa ada kesinambungan dari momen ke momen
- Momen-momen sebelumnya ini meyakinkan kita akan adanya kehidupan lampau
- Karena momen sebelumnya itu pasti, berarti tidak ada namanya momen pertama
- Karena tidak ada momen pertama maka tidak ada awal dari kelahiran
- Karena tidak ada awal maka kita telah lahir tak terhingga banyaknya
- Jumlah kelahiran kita lebih besar dari jumlah mahkluk di alam semesta
- Di setiap kehidupan lampau, kita memiliki ibu yang sayang kepada kita
- Kita telah lahir dari ibu-ibu tersebut berulang-ulang kali karena jumlah kelahiran kita yang lebih banyak dari jumlah semua mahkluk

Maka dari itu, semua mahkluk pasti pernah menjadi ibu-ibu kita. Karena itu kita harus mengenali mereka sebagai ibu kita dan membangkitkan tekad untuk menolong mereka. 




3. Mengingat kembali kebaikan semua mahkluk, ibu-ibu kita.


4. Membalas kebaikan semua mahkluk, ibu-ibu kita


5. Cinta kasih yang menganggap semua mahkluk sebagai yang terkasih


6. Welas kasih yang agung


7. Tekad yang luar biasa


01022015 Kelas Reguler: Perkenalan KCJ & Buddhism


Bulan Februari yang biasa dikenal dengan bulan cinta kasih, diawali dengan hujan yang mengguyur Jakarta dengan lebat.
Hujan merupakan sebuah berkah, namun di sisi lain menjadi penghalang bagi warga KCJ untuk datang mengikuti kelas hari itu.
Namun kita harus turut gembira, di hari yang sulit tersebut KCJ kedatangan 3 orang tamu dari Universitas Tarumanegara (UNTAR) dan Bina Nusantara (Binus). Jumlah ini memang berbeda dari yang direncanakan. Namun antuasiasme mereka untuk mengikuti sharing hari itu patut diacungkan jempol.

Tim Sumartikirti menyiapkan sebuah tema spesial dihari itu, yaitu Perkenalan KCJ dan Buddhism.

Salah satu hal yang cukup mengena adalah ketika pembahasan tentang Buddha, berikut rangkumannya.

Siapakah Buddha?

Sebuah pertanyaan yang seharusnya sudah diketahui jawabannya.

Ada 3 macam Buddha yang kita kenal, siapa saja?
Samma Sambuddha; dapat mengajar dan yang diajar dapat mencapai pencerahan
Pratyeka Buddha; mencapai pencerahan sendiri, tidak dapat mengajar  
Sravakha Buddha (Arahat); tidak dapat mencapai pencerahan sendiri (butuh Guru), tidak dapat mengajar

Untuk dapat mencapai pencerahan dengan mendengar ajaran Buddha, kita wajib bertemu dengan Samma Buddha. Samma Buddha selanjutnya adalah Buddha Maitreya yang datang masih berjuta-juta tahun lagi. Kalau begitu, untuk apa kita sulit-sulit menjadi Buddhis? Toh, kita tidak dapat mencapai pencerahan juga sampai saat Buddha Maitreya tiba.

Jawabannya adalah kita memastikan diri kita dapat menjadi manusia yang memiliki keberuntungan. Kita tidak menjadi seekor nyamuk, mahkluk peta, mahkluk neraka ataupun dewa, melainkan menjadi manusia. Manusia yang lahir di belahan bumi yang sama dengan Buddha Maitreya.

Menjadi manusia yang beruntung itu sangat tidak mudah, kita butuh karma bajik yang sangat kuat dan banyak, serta butuh segala pencapaian yang siap matang. Seorang arahat yang hari itu dicerahkan oleh Buddha Sakyamuni bukanlah seseorang yang tidak pernah mencapai pencapaian apa pun di kehidupan sebelumnya. Dia telah beratus-ratus kehidupan bermeditasi. Dan saat bertemu Buddha, disanalah pencerahan itu matang.

So, pastikan dirimu memiliki cukup kebajikan untuk bertemu Buddha Maitreya ya!