Ia menekankan dalam melakukan meditasi kita harus memiliki modal, yaitu ingatan akan pembelajaran (outline Lamrim, kutipan-kutipan, poin-poin dari guru besar). Dan selama perenungan kita harus menggunakan segala pembelajaran kita untuk menyerang batin kita,seperti gunung yang diserang dari segala arah.
Pada kelas kali ini, dibahas 2 poin instruksi batin yaitu mengingat kebaikan semua mahkluk ibu-ibu kita dan membalas kebaikan semua mahkluk ibu-ibu kita.
Untuk melihat rangkuman pendek review retret sebelumnya, klik di sini.
Instruksi Tujuh Tahap Sebab Akibat:
1. Keseimbangan Batin
Memiliki batin seimbang bukan berarti kita melihat semua mahkluk sebagai robot atau menjadi netral terhadap semua mahkluk. Namun kita tidak menimbulkan kemelekatan pada orang yang kita sayangi dan menimbulkan kebencian pada musuh kita. Memiliki beda pendapat tidak dapat terelakan, namun kita tidak perlu menimbulkan ketidaksukaan.
Dan kemudian kita seharusnya bisa menimbulkan rasa sayang kepada mereka semua.
2. Mengenali semua mahkluk sebagai Ibu-ibu kita
Pada poin keseimbangan batin dan mengenali semua mahkluk sebagai Ibu-Ibu kita memang merupakan poin yang tidak mudah untuk direalisasikan. Namun kita tidak boleh tersendat dan tidak maju ke poin selanjutnya, melainkan kita harus tetap berusaha untuk mendapatkan sense terhadap 2 topik awal tersebut, melanjutkan untuk memahami keseluruhan poin ini dan kemudian mengulang kembali dari awal.
3. Mengingat kembali kebaikan semua mahkluk, ibu-ibu kita.
Setelah memahami bahwa semua mahkluk adalah setara dan pernah menjadi ibu-ibu kita dalam kehidupan yang tak terhitung banyaknya, kita harus mengingat kembali kebaikan apakah yang telah mereka lakukan dalam kehidupan ini.
Menjadi Ibu pada kehidupan lalu tidaklah menghilangkan makna akan kebaikan hati yang telah beliau lakukan. Rasa sayang yang kita terima dulu sama dengan rasa sayang yang kita terima saat ini.
Kebaikan yang telah ia lakukan terjadi pada 3 tahap, yaitu:
- Awal: Pada masa ini ia menjaga kita selama 9 bulan dalam kandungan, ia begitu memperhatikan semua gerak geriknya dan makanan yang dimakannya agar tidak membahayakan kita. Ia memakan makanan yang tidak enak demi kesehatan kita. Coba bayangkan, apabila ia menolak untuk memakan makanan tersebut ataupun bertindak ceroboh, mungkin kita tidak dapat memiliki otak yang cerdas untuk mengerti Dharma.
Sebelum kita lahir, ia sudah begitu menyayangi kita. Padahal ia tidak tahu akankah kita terlahir utuh atau cacat, cantik atau jelek, dan apakah akan menjadi orang baik atau jahat.
- Tengah: Setelah kita lahir, kita tidak lebih baik daripada seonggok daging, apabila ia meninggalkan kita sejam atau sehari, kita tidak akan mampu bertahan hidup. Ia membersihkan ingus kita dengan lidahnya karena takut tangan akan terlalu kasar dan melukai kita.
Bayangkan sudah berapa banyak hal buruk yang telah ia lakukan demi kita. Berapa banyak nyamuk yang dibunuhnya demi kita? Berapa banyak ikan atau ayam yang dipotongnya untuk menyediakan makanan segar bagi kita?
- Akhir: Ketika kita sudah besar, ia tetap menjaga dan menyayangi kita. Ia bekerja keras dan menabung untuk mempersiapkan kehidupan rumah tangga bagi putra-putrinya, mengatur pernikahan untuk putra-putrinya, dsb.
Setelah kita memahami dan mendapatkan sense akan kebaikan hati Ibu-ibu kita, kita seharusnya merenungkan kebaikan hati ayah kita dan semua mahkluk yang telah sama baiknya pada kita.
Tidak hanya pada kehidupan ini saja ibu kita baik pada kita. Pada kehidupan lalu, ketika kita menjadi hewan, ibu kita juga menyayangi kita. Ketika terlahir menjadi rusa atau anjing, ia rela menjilati tubuh kita ketika kita lahir. Ketika kita terlahir sebagai burung, ibu kita mencarikan makanan dan menjaga kita dari pemangsa.
Kita harus merenungkan hal ini hingga kita ketika kita melihat seekor semut, kita bisa langsung melihatnya sebagai ibu kita yang sangat baik kepada kita.
4. Membalas kebaikan semua mahkluk, ibu-ibu kita
"Dibuat gila oleh klesha, dibutakan oleh ketidaktahuan,
Dan tersandung pada setiap langkah
Menelusuri jalan setapak yang dipenuhi jurang terjal
Aku dan yang lain selalu berada dalam keadaan tidak menguntungkan
Semua mahkluk juga mengalami keadaan menyedihkan yang berlaku umum ini."
~Rangkuman Latihan
Begitulah keadaan ibu-ibu kita sekarang, dengan beban karma buruk yang siap berbuah dan batin dipenuhi ketidaktahuan, ia siap jatuh ke jurang neraka. Dan karma buruk tersebut dilakukannya karena kita.
Kita yang kini dapat membedakan mana yang baik dan buruk, kita yang mendapatkan keberuntungan untuk bertemu Dharma sejati, tegakah kita membiarkan ibu kita disiksa di neraka?
Kita harus memeditasikan: "Karena saat ini saya memiliki cara menyelamatkan semua mahkluk, ibu-ibuku, yang telah jatuh ke dalam pusaran besar samsara, makan sangatlah kejam dan keji jika saya tidak melakukannya. Adalah kewajibanku untuk menyelamatkan semua mahkluk, ibu-ibuku."