Saturday, January 31, 2015

Sang Guru datang ke KCJ!



Sebuah senyum merekah dari bibir sang Guru. Sebuah center komunitas belajar Tahapan Jalan menuju Pencerahan (Lamrim) yang berlokasi di Jakarta berhasil dipersembahkan kepada Sang Guru.
Jakarta, sebuah kota yang menjadi pusat perekonomian Indonesia, dimana orang-orang berjuang keras untuk meraih semua ambisi mereka. Walaupun begitu, terdapat sebuah center Dharma di kota tersebut yang mengajarkan manusia untuk memanfaatkan kehidupan mereka sebaik-baiknya.Yaitu menjadi seorang Buddhis.
Ya, seorang buddhis yang mempelajari inti ajaran Buddha dengan utuh dan lengkap.


Minggu, 21 Desember 2014 lalu, KCJ mendapatkan suatu keberuntungan, YM Dagpo Rinpoche hadir ke center KCJ. Disambut oleh barisan Front Pembebas Samsara, Rinpoche naik ke hall KCJ.

Acara ini dimulai dengan pembacaan 'Berlimpah Kualitas,' sebuah pujian bagi Yang Mulia Kyabje Gyeltshab Je.
"Engkau telah berkarya hingga puncak Ajaran yang membahagiakan, khususnya bagi semua pelajar yang bijaksana. Menegakkan panji kemenagan yang menjadikan-Mu sepenuhnya jaya, di antara para pemenang dari segala penjuru.

Dari kebaikan dan berkah-Mu sang Mentari pengetahuan, Mengundang pesta merasakan madu Sang Buddha, Di taman teratai semua Ajaran sempurna, Bagi kumpulan lebah para bijaksanawan dari gunung bersalju Tibet."

Gubernur KCJ yaitu Cindy kemudian memberikan sebuah sambutan yang mengharukan dan cukup membuat beberapa anggota KCJ menitikkan air mata mereka.

"Jakarta bukanlah tempat yang cocok/ kondusif untuk berpraktik Dharma. Orang-orang sibuk bisnis sehingga kita merasa butuh sebuah tempat yang bisa mewadahi kegiatan spiritual kita. Awalnya center ini tidak berlokasi di sini, melainkan di Meruya, namun karena terlalu jauh, kemudian pindah ke Slipi. Awalnya ada hanya 5 orang, namun lama-lama bertambah sehingga kita butuh tempat yang lebih luas. Anggota ini tidak hanya dari orang Jakarta saja, melainkan dari Center lain yang bermigrasi ke sini. Yang tinggal di Center ini ada 3 laki-laki dan 1 wanita. Mereka disebut dewa bumi. Selain itu ada juga 1 anjing, 1 kura-kura dan beberapa ekor tikus.
Acara di Center ada kelas Lamrim rutin setiap minggu. Kelas tersebut dipimpin oleh para senior yang tergabung dalam Tim Sumartikirti. Terkadang ada juga yang datang hari sabtu untuk menginap untuk puja bersama, praktik purifikasi, makan bersama dan terkadang belajar budaya bersama.
Ke depannya, kita semua berharap Suhu dan Rinpoche bisa sehat dan berumur panjang supaya bisa selalu bimbing kita semua.
Kami tidak bisa kami ini anak yang baik, tapi kami ini sangat beruntung bisa bertemu dengan Guru dan ajaran Lamrim.
Semoga ke depannya KCJ bisa berkembang, makin banyak orang yang berjodoh dengan Lamrim."

Suhu kemudian juga memberikan sepatah kata kepada Rinpoche.
"Tahta di altar ini dibuat di Center Bandung. Rupang juga kita cor sendiri. Ada Buddha Sakyamuni, YM Atisha, dan ada yang belum jadi Jey Rinpoche dan Guru Svarnadwipa. Thangka juga kita jahit sendiri.
Ruang di bawah ini akan menjadi ruang kantor untuk yayasan Lamrim.
Inilah center Anda, Rinpoche."


Acara ditutup dengan puja bersama oleh warga KCJ dan para Sangha. Agar berkah dan semangat yang sudah ada tidak hilang dan tetap terus ada di tanah tersebut.














Center ini ada berkat kebaikan hati-Nya. Beliau yang datang ke Indonesia secara konsisten setiap tahun semenjak 25 tahun yang lalu. Jarak ribuan mil jauhnya dengan usia yang sudah tidak muda lagi tidak menjadi halangan bagi-Nya.
Marilah kita tunjukan semangat kita sebagai anak muda!
Semangat untuk berpraktik Dharma!
Semangat menyebarkan Lamrim untuk kebaikan semua mahkluk!

Friday, January 30, 2015

8 Simbol Keberuntungan

Kepada Buddha, Dharma, dan Sangha yang mulia
Aku berlindung hingga aku mencapai pencerahan
Dengan praktik berdana dan kebajikan lain yang kulakukan
Semoga aku dapat segera mencapai pencerahan yang lengkap dan sempurna bagi kepentingan semua makhluk.

Hai Pembaca!

Apakah Anda tahu mengenai 8 simbol keberuntungan? Pernah melihatnya? 

Pada kesempatan ini, saya akan mengulas makna dari 8 simbol tersebut untuk menambah wawasan kita.
8 simbol keberuntungan atau dikenal dengan Ashtamangala (Sansekerta) atau བཀྲ་ཤིས་རྟགས་བརྒྱད (baca: tashee-tag-gyay) dalam bahasa Tibet atau 吉祥八宝 (baca: Jíxiáng bā bǎo) dalam bahasa Tiongkok terdiri dari: payung berharga, sepasang ikan mas, vas berharga, bunga teratai, kerang putih berulir ke kanan, simpul yang tak berujung, panji kemenangan, dan roda emas.

Dalam Buddhisme, 8 simbol keberuntungan ini merupakan representasi persembahan yang diberikan oleh para dewa tepat setelah Buddha Sakyamuni mencapai pencerahan. Dewa pertama adalah Dewa Brahma yang mempersembahkan roda emas berjeruji seribu sebagai permohonan kepada Buddha untuk memutar roda Dharma. Dewa berikutnya adalah Dewa Indra yang mempersembahkan cangkang kerang putih yang berulir ke kanan sebagai simbol proklamasi Dharma. Kemudian disusul oleh Dewi bumi Sthavara (Tib. Sayi Lhamo) yang mempersembahkan vas emas yang terisi penuh dengan nektar kehidupan abadi.

Terus, apa sih makna dari kedelapan simbol ini.
Yuk kita simak!

1.       Payung Berharga (Skt. Chattra; Tib. Rin-chen-duke)

Payung menyimbolkan aktivitas bajik dari memberikan perlindungan kepada semua makhluk atas penderitaan, hawa nafsu, halangan, penyakit dan kekuatan lainnya yang merusak.


2.       Sepasang Ikan Mas (Skt. Suvarnamatsya; Tib. Sair-nyah)

Simbol sepasang ikan mas berasal dari jaman sebelum Buddha yang melambangkan dua sungai suci utama di India yaitu sungai Gangga dan sungai Yamuna.
Dalam Buddhisme Tibet, ikan yang berenang bebas di air dijadikan simbol kesukacitaan akan kebebasan tanpa rasa takut. Air atau lautan di dalam Buddhisme Tibet diidentikkan dengan lautan samsara.

3.       Vas berharga (Skt. Kalasha; Tib. Boom-pah)

Vas berharga melambangkan hujan umur panjang, kekayan, kemakmuran, dan keuntungan lainnya serta pembebasan yang tak pernah berhenti. Vas ini juga dikenal dengan wadah harta berharga yang tak pernah habis yang menyimbolkan tak pernah habisnya ajaran Buddha yang sangat berharga.


4.       Bunga Teratai (Skt. Padma; Tib. Pay-mah)

Bunga teratai melambangkan pemurnian sempurna atas kekotoran batin yang timbul dari tubuh, ucapan maupun pikiran, dan bunga teratai yang mekar sempurna melambangkan kebahagiaan dari pembebasan sempurna


5.       Kerang Putih Berulir ke Kanan (Skt. Sankha; Tib. Doong-khar-yay-kyeel)

Kerang putih yang berulir ke kanan melambangkan merdunya suara penyebaran Buddha Dharma. Suara dari terompet kerang putih ini sangat merdu, dalam dan tersebar luas serta membuat orang yang mendengarnya segera terjaga dari tidur nyenyaknya. Hal ini melambangkan bahwa Buddha Dharma akan segera menyadarkan kita dari kebodohan dan mendesak kita untuk segera mencapai kebahagiaan yang sejati dari pembebasan untuk diri sendiri dan semua makhluk.
Uliran ke kanan dari kerang ini sangat langka ditemukan dan dipercaya bahwa uliran ini menggemakan gerakan dari sistem tata surya.


6.       Simpul yang tak berujung (Skt. Shrivatsa; Tib. Pell-bay-oo)

Simpul yang tak berujung ini melambangkan sifat alami dari segala sesuatu yang saling bergantung dan hanya muncul sebagai akibat dari hukum karma (hukum sebab akibat). Simpul yang tidak memiliki ujung dan pangkal ini juga melambangkan kebijaksanaan dan welas asih dari Buddha yang tak terbatas.


7.       Panji Kemenangan (Skt. Dhvaja; Tib. Gyel-tsen)

Panji kemenangan melambangkan kemenangan ajaran Buddha atas kematian, kebodohan, ketidakharmonisan dan hal negatif lainnya yang muncul di dunia. Panji ini juga melambangkan kemenangan ajaran Buddha atas semua kekuatan berbahaya dan merusak.


8.       Roda Emas (Skt. Chakra; Tib. Kore-low)

Roda emas Buddha Dharma melambangkan keberuntungan dari ajaran Buddha yang terus berputar (masih terus ada) baik dalam hal pengajaran maupun realisasi yang terjadi di semua alam dalam setiap waktu yang menyebabkan semua makhluk berkesempatan untuk mengalami kebahagiaan dari perbuatan bajik dan pembebasan.


Nah, itulah arti dari kedelapan simbol keberuntungan ini.
Jika Anda ingin lebih jauh mengetahui makna dari 8 simbol ini silahkan membaca buku “The Encyclopedia of Tibetan Symbols and Motifs” karya Robert Beer

Semoga semua makhluk berbahagia

Sumber:
1. Beer, Robert. 1999. "The Encyclopedia of Tibetan Symbols and Motifs". Shambala 
         Publication, Massachusetts, USA.
2. Rush, John A. "The Eight Auspicious Symbols of Buddhism A Study in Spiritual 
          Picture". 30 Januari 2015.                         http://www.clinicalanthropology.com/images/EightAuspiciousSymbols.gif