Pada hari sabtu 7 Maret 2015, beberapa KJC-ers berkesempatan untuk mengikuti sharing mengenai reksadana yang dibawakan oleh Ida Fitri atau yang lebih akrab dipanggil Ci Asiu. Beliau merupakan Consumer Banking Group Business Manager di DBS Bank.
Sharing ini sendiri tercetus dari chit - chat KCJ-ers di whatsapp group terkait tabungan mana yang memberikan return yang menjanjikan. Namun Ci Asiu menyarankan untuk tidak sekedar menabung di tabungan biasa melainkan juga di reksadana. Oleh sebab itu KCJ-ers sepakat mendapuk Ci Asiu untuk memberikan sharing pengenalan reksadana agar KCJ-ers lebih mengenal seluk beluk reksadana.
Makan siang bersama sebelum acara
Sebagai pengantar, Ci Asiu membuka wawasan peserta agar mulai beinvestasi. Beliau menjelaskan bahwa gaji / penghasilan yang kita peroleh ada batasnya terutama yang bekerja sebagai karyawan. Masa aktif karyawan di Indonesia umumnya diakhiri pada usia 55 tahun, namun rata – rata usia manusia di Indonesia mencapai 75 tahun. Berarti ada celah 20 tahun (240 bulan) dimana seseorang tidak lagi aktif mendapatkan penghasilan.
Masalahnya, selama 20 tahun tersebut, setiap orang masih memiliki kebutuhan sehari-hari yang harus dipenuhi. Pertanyaan yang menguak adalah dari mana uang untuk mencukupi kebutuhan tersebut jika sudah pensiun? Jawabanya yang tepat adalah bahwa kita harus mulai berinvestasi untuk memenuhi kebutuhan tersebut mulai saat ini.
Ci Asiu juga memberikan wawasan tentang Time Value of Money bahwa nilai uang selalu berubah dan tergerus inflasi. Artinya nilai uang saat ini tidak akan sama di masa depan. Pada kesempatan tersebut Ci Asiu mencontohkan dengan harga daging sapi per kg dengan tingkat inflasi rata-rata di Indonesia sebesar 7% per tahun yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Dari informasi di atas, Ci Asiu membuka mata peserta bahwa uang
Rp 100.000,- yang saat ini dapat
digunakan untuk membeli daging sapi 1 kg tidak lagi dapat digunakan untuk membeli
daging sapi tersebut pada saat 20 tahun yang akan datang. Itulah contoh riil
dari inflasi dan hanya dengan berinvestasi kita mampu mempertahankan nilai uang
yang kita punya.
Kemudian Ci Asiu menjelaskan berbagai macam jenis investasi
mulai dari deposito, emas, properti, saham dan reksadana beserta kelebihan dan
kekurangannya. Alhasil reksadana lah solusi yang cukup menjanjikan bagi orang
awam untuk mulai berinvestasi. Hal ini disebabkan reksadana bersifat likuid
(bisa dicairkan kapan saja) dan tidak memerlukan keahlian khusus untuk membaca
kondisi bursa saham setiap harinya karena ada manajer investasi yang telah
mengelolanya. Akan tetapi investor tetap disarankan untuk melakukan review
portofolionya setiap tahun untuk melihat apakah pertumbuhannya sesuai yang
diharapkan. Selain itu dijelaskan juga bahwa rekasadana adalah produk keuangan
yang legal dan bukan objek pajak.
Reksadana sendiri terbagi menjadi empat plus 1 jenis,
yaitu:
1.
reksadana saham (untuk jangka panjang > 5
tahun), high risk
2.
reksadana campuran (saham dan obligasi)
untuk jangka menengah (3 – 5 tahun),
medium risk
3.
reksadana pasar uang (obligasi) untuk jangka
pendek (1 – 3 tahun), low risk
4.
reksadana pendapatan tetap untuk jangka pendek
(1 – 3 tahun), low risk.
Di samping itu terdapat reksadana terproteksi yang
investasinya mengikuti aturan dari masing – masing manajer investasi.
Dari keempat jenis reksadana tersebut, peserta disarankan
untuk memilih reksadana sesuai profil resiko masing-masing. Meskipun terdapat
konsep high risk – high return, Ci Asiu tidak menyarankan peserta untuk
mengambil reksadana saham jika hasil investasinya akan digunakan untuk waktu
dekat (jangka pendek).
Bagaimana dengan kondisi bursa yang naik turun jika memilih
reksadana saham?
Pertama reksadana saham harus dimengerti untuk investasi
jangka panjang dan Ci Asiu juga menjelaskan bahwa saat kita berinvestasi
reksadana maka kita membeli unit penyertaan. Unit pernyertaan ini tidak akan
berubah jumlahnya tetapi dapat berubah nilainya. Kita baru disebut untung atau rugi
ketika kita mencairkan kembali unit penyertaan tersebut. Ketika kita mencairkan
unit penyertaan pada saat kondisi bursa sedang naik maka kita baru dapat
dikatakan mengalami keuntungan, begitu pula sebaliknya.
Mudahnya, Ci Asiu mengilustrasikan reksadana seperti orang
yang jual beli dolar. Ketika kita membeli 100 USD dengan harga Rp. 12.000,- per
dolar nya, maka jumlah dolar yang kita punya tidak berubah yaitu 100 USD. Namun
ketika kurs dolar menguat terhadap
rupiah menjadi Rp. 13.000,- per dolarnya dan kita mencairkannya ke dalam rupiah
maka kita untung. Tapi jika tidak dijual ya tetap 100 USD dan tidak dapat
dikatakan untung karena belum dicairkan. Begitu pula untuk kondisi sebaliknya.
Setelah mengenal reksadana dan jenisnya, Ci Asiu membagi
ilmu untuk memilih manajer investasi yang bonafit karena meskipun kita
sama-sama mengambil reksadana saham namun hasilnya bisa berbeda dengan manajer
investasi yang berbeda. Ci Asiu menyarankan untuk mempelajari rekam jejak
perusahaan investasi tersebut dan mempelajari pospektus-nya. Akan tetapi di
tempat Ci Asiu bekerja, DBS bank, telah memilih manajer-manajer
investasi yang bonafit sehingga investor tidak perlu pusing lagi untuk
mempelajarinya (tidak bermaksud promosi namun sebagai informasi yang merupakan salah satu solusi menarik bagi yang tidak mau repot memilih-milih).
Kemudian Ci Asiu memberikan tips bahwa untuk bisa menikmati
hasil yang baik, maka sebaiknya investasi dilakukan secara rutin dan sedini mungkin
tidak peduli pasar sedang naik (bullish) atau turun (bearish)
karena dengan berinvestasi sedini mungkin maka hasil yang diperoleh dapat lebih
maksimal.
Ilustrasinya adalah orang yang menabung mulai dari tahun
2015 – 2024 (10 tahun) dengan investasi 10 juta pertahun maka uangnya akan
menjadi 454 juta pada tahun 2034 (20 tahun kemudian) jika return
investasinya 10%. Akan tetapi jika orang tersebut menunda 10 tahun (mulai
nabung pada tahun 2024) maka meski dia melipatgandakan jumlah tabungannya
menjadi 20 juta per tahun, maka di akhir tahun 2034 uangnya hanya menjadi 407
juta saja.
Sekian sharing dari Ci Asiu dan Happy Investing
KCJ-ers.
0 comments:
Post a Comment