Wednesday, March 25, 2015

Review Retret ILF 2014: Lanjutan Tujuh Tahap Sebab Akibat & 7 Poin Instruksi Latihan Batin 15032015

Kelas Minggu, 15 Maret 2015,  dimoderatori oleh Attha Suryadharma (ko Attha). Kelas kali ini dimulai dengan perkenalan singkat karena dihadiri beberapa sahabat yang baru hadir di center Jakarta. Mereka adalah Hadi, Santi, dan Anton (dari center Jogya) dan Ratna (dari center Depok)

Seusai perkenalan singkat, Ko Attha pun memulai kelas dengan me-review topik minggu kemarin. Karena ada yang baru hadir maka Ko Attha pun menjelaskan cara penyampaian kelas Dhamma di Center Jakarta. Kelas Dhamma ini mengacu kepada Lamrim sebagai kurikulum. Hal ini dikarenakan Lamrim merupakan intisari ajaran-ajaran Sang Buddha yang telah disarikan dan diurutkan secara sistematis. Lamrim juga bebas dari kontradiksi dan juga sekaligus menghilangkan kesalahpahaman dari mengkotak-kotakan ajaran Sang Buddha.

Ko Attha menjelaskan bahwa kita tidak seharusnya mengagungkan salah satu Kendaraan dan memandang rendah lainnya (Hinayana dan Mahayana) ataupun mengagungkan salah satu topik dalam Lamrim dan memandang rendah lainnya. Sikap ini akan menjadikan kita melakukan kesalahan besar yaitu menolak Dhamma. Kesalahan ini sangat berat konsekuensinya karena untuk bisa menjadi Buddha yang lengkap dan sempurna kita memerlukan keseluruhan tahapan jalan dan Dhamma Sang Buddha untuk melepaskan semua kilesa serta mendapatkan kebijaksanaan superior.

Kenapa Lamrim bisa bebas dari menkotakkan ajaran Buddha? Hal ini dijelaskan bahwa, meskipun Lamrim mengajarkan ajaran Mahayana untuk mencapai kebuddhaan yang lengkap dan sempurna, namun di dalam lamrim juga diajarkan step by step dari ajaran Buddha untuk mencapai pembebasan.

Lamrim memuat 3 motivasi dari seorang yang telah berlindung, yaitu:

1. Motivasi awal;

Seseorang baru disebut sebagai penganut Buddhisme apabila ia telah memiliki motivasi awal. Motivasi ini adalah keinginan bahwa kehidupan mendatang ia ingin lebih berbahagia dari kehidupan saat ini. Sehingga ia tidak hanya memikirkan kehidupan saat ini saja melainkan juga telah memikirkan kehidupan yang akan datang. Dengan memiliki motivasi awal ini, seseorang akan menjaga perilaku dan pikirannya agar kehidupan mendatang bisa terlahir lagi di alam yang bahagia.

2. Motivasi menengah; 

Setelah lebih menyadari bahwa kehidupan mendatang yang lebih baik bukanlah akhir dari samsara, maka mereka yang menyadari hal tersebut melatih diri untuk menolak samsara agar bisa memutus rantai samasara dan mencapai kebebasan pribadi.

3. Motivasi agung; 

Melihat betapa bahagianya pembebasan samsara, beberapa orang memiliki motivasi untuk tidak hanya berjuang membebaskan diri dari samsara melainkan juga bertekad menyelamatkan semua makhluk untuk bebas dari samsara. Pencapaian bagi yang memiliki motivasi agung adalah kebuddhaan yang lengkap dan sempurna untuk kepentingan semua makhluk.

Kemudian Ko Attha menjelaskan bahwa untuk bisa merealisasikan ajaran maka diperlukan perenungan. Karena melalui perenunganlah realisasi baru bisa dicapai. Sehingga kelas di Center Jakarta akan di-combine antara teori dan perenungan.

Ko Attha pun melanjutkan review topik minggu lalu, dimana untuk bisa membangkitkan bodhicitta perlu melatih instruksi “Tujuh Tahap Sebab Akibat” dan “Tujuh Poin Instruksi Latihan Batin”.
Untuk instruksi tujuh tahap sebab akibat, Ko Attha mengulangi lagi poin utamanya yaitu kita harus melatih:
a. Melatih keseimbangan batin
b. Mengenali semua makhluk sebagai ibu – ibu kita
c. Mengingat kembali semua kebaikkan ibu – ibu kita
d. Membalas kebaikan ibu – ibu kita
e. Mengembangkan Cinta kasih dengan menganggap semua makhluk sebagai yang terkasih
f. Mengembangkan welas asih agung

Kemudian Ko Attha membahas poin selanjutnya yaitu Tekad yang luar biasa dan Membangkitkan batin pencerahan. Poin “Tekad yang luar biasa ini” dimaksudkan bahwa kita harus mengambil tanggung jawab untuk menyelamatkan ibu – ibu kita bagaimanapun caranya yang dilakukan sesegera mungkin, bukan hanya sekedar berpikir bahwa kita harus menyelamatkan ibu – ibu kita.

Poin terakhir tentang “Membangkitkan batin pencerahan” menyadarkan kita, setelah kita berani mengambil tanggung jawab (tekad yang luar biasa) untuk menolong ibu – ibu kita, ternyata itu saja tidak cukup. Kita tidak memiliki cara untuk membawa bahkan satu makhluk pun ke kebahagiaan tertinggi. Oleh sebab itu kita perlu mencari siapakah yang mampu, apakah dewa? Ternyata bukan, Arahat, dan Praceka Buddha juga bukan. Bodhisatva pun belum mampu. Hanya Buddha yang tercerahkan sempurna lah yang mampu memenuhi kesejahteraan semua makhluk dengan tanpa upaya. 

Oleh sebab itu pada poin ini kita seharusnya merenungkan kembali aneka macam kualitas yang diperoleh dengan mencapai Kebuddhaan pada topik “Berlindung” agar kita bisa mengembangkan keyakinan yang mendalam bahwa kita mutlak perlu mencapai kemahatahuan agar bisa bermanfaat bagi semua makhluk.

Setelah merampungkan “Tujuh Tahap Sebab Akibat”, Ko Attha melanjutkan ke Tujuh Poin Instruksi Latihan Batin dengan menjelaskan silsilah ajaran ini. Ko Attha mengatakan kita harus berbangga karena silsilah ini dipegang oleh YM Serlingpa Dharmakirti, dimana beliau adalah guru Buddhisme yang merupakan orang Indonesia.

Poin instruksi ini diawali mirip seperti tujuh tahap sebab akibat yaitu kita harus memeditasikan bahwa kita adalah setara dengan makhluk lainnya. Kita harus menyadari bahwa kita dan makhluk lainnya memiliki keinginan yang sama yaitu sama sama ingin berbahagia dan menghindar dari penderitaan.

Instruksi ini dilanjutkan dengan merenengkan kesalahan mementingkan diri sendiri dan merenungkan manfaat mementingkan makhluk lain. Apakah benar bahwa kebahagiaan terkecil yang kita peroleh seperti bisa memperoleh makanan ketika sedang lapar adalah karena batin yang mementingkan makhluk lain?


Mari kita baca buku Pembebasan di Tangan Kita dari halaman 237 – 248 untuk didiskusikan minggu depan.


Related Posts:

0 comments:

Post a Comment