Kelas Minggu, 15 Maret 2015,
dimoderatori oleh Attha Suryadharma (ko Attha). Kelas kali ini dimulai
dengan perkenalan singkat karena dihadiri beberapa sahabat yang baru hadir di
center Jakarta. Mereka adalah Hadi, Santi, dan Anton (dari center Jogya) dan
Ratna (dari center Depok)
Seusai perkenalan singkat, Ko Attha pun memulai kelas dengan
me-review topik minggu kemarin. Karena ada yang baru hadir maka Ko Attha pun
menjelaskan cara penyampaian kelas Dhamma di Center Jakarta. Kelas Dhamma ini
mengacu kepada Lamrim sebagai kurikulum. Hal ini dikarenakan Lamrim merupakan
intisari ajaran-ajaran Sang Buddha yang telah disarikan dan diurutkan secara
sistematis. Lamrim juga bebas dari kontradiksi dan juga sekaligus menghilangkan
kesalahpahaman dari mengkotak-kotakan ajaran Sang Buddha.
Ko Attha menjelaskan bahwa kita tidak seharusnya mengagungkan
salah satu Kendaraan dan memandang rendah lainnya (Hinayana dan Mahayana)
ataupun mengagungkan salah satu topik dalam Lamrim dan memandang rendah lainnya.
Sikap ini akan menjadikan kita melakukan kesalahan besar yaitu menolak Dhamma.
Kesalahan ini sangat berat konsekuensinya karena untuk bisa menjadi Buddha yang
lengkap dan sempurna kita memerlukan keseluruhan tahapan jalan dan Dhamma Sang
Buddha untuk melepaskan semua kilesa serta mendapatkan kebijaksanaan superior.
Kenapa Lamrim bisa bebas dari menkotakkan ajaran Buddha? Hal
ini dijelaskan bahwa, meskipun Lamrim mengajarkan ajaran Mahayana untuk
mencapai kebuddhaan yang lengkap dan sempurna, namun di dalam lamrim juga
diajarkan step by step dari ajaran Buddha untuk mencapai pembebasan.
Lamrim memuat 3 motivasi dari seorang yang telah berlindung,
yaitu:
1. Motivasi awal;
Seseorang baru disebut sebagai
penganut Buddhisme apabila ia telah memiliki motivasi awal. Motivasi ini adalah
keinginan bahwa kehidupan mendatang ia ingin lebih berbahagia dari kehidupan
saat ini. Sehingga ia tidak hanya memikirkan kehidupan saat ini saja melainkan
juga telah memikirkan kehidupan yang akan datang. Dengan memiliki motivasi awal
ini, seseorang akan menjaga perilaku dan pikirannya agar kehidupan mendatang
bisa terlahir lagi di alam yang bahagia.
2. Motivasi menengah;
Setelah lebih menyadari bahwa
kehidupan mendatang yang lebih baik bukanlah akhir dari samsara, maka mereka
yang menyadari hal tersebut melatih diri untuk menolak samsara agar bisa
memutus rantai samasara dan mencapai kebebasan pribadi.
3. Motivasi agung;
Melihat betapa bahagianya
pembebasan samsara, beberapa orang memiliki motivasi untuk tidak hanya berjuang
membebaskan diri dari samsara melainkan juga bertekad menyelamatkan semua
makhluk untuk bebas dari samsara. Pencapaian bagi yang memiliki motivasi agung
adalah kebuddhaan yang lengkap dan sempurna untuk kepentingan semua makhluk.
Kemudian Ko Attha menjelaskan bahwa untuk bisa
merealisasikan ajaran maka diperlukan perenungan. Karena melalui perenunganlah
realisasi baru bisa dicapai. Sehingga kelas di Center Jakarta akan di-combine
antara teori dan perenungan.
Ko Attha pun melanjutkan review topik minggu lalu, dimana
untuk bisa membangkitkan bodhicitta perlu melatih instruksi “Tujuh Tahap Sebab
Akibat” dan “Tujuh Poin Instruksi Latihan Batin”.
Untuk instruksi tujuh tahap sebab akibat, Ko Attha
mengulangi lagi poin utamanya yaitu kita harus melatih:
a. Melatih keseimbangan batin
b. Mengenali semua makhluk sebagai ibu – ibu kita
c. Mengingat kembali semua kebaikkan ibu – ibu kita
d. Membalas kebaikan ibu – ibu kita
e. Mengembangkan Cinta kasih dengan menganggap
semua makhluk sebagai yang terkasih
f. Mengembangkan welas asih agung
Kemudian Ko Attha membahas poin selanjutnya yaitu Tekad yang
luar biasa dan Membangkitkan batin pencerahan. Poin “Tekad yang luar biasa ini”
dimaksudkan bahwa kita harus mengambil tanggung jawab untuk menyelamatkan ibu –
ibu kita bagaimanapun caranya yang dilakukan sesegera mungkin, bukan hanya
sekedar berpikir bahwa kita harus menyelamatkan ibu – ibu kita.
Poin terakhir tentang “Membangkitkan batin pencerahan”
menyadarkan kita, setelah kita berani mengambil tanggung jawab (tekad yang luar
biasa) untuk menolong ibu – ibu kita, ternyata itu saja tidak cukup. Kita tidak
memiliki cara untuk membawa bahkan satu makhluk pun ke kebahagiaan tertinggi.
Oleh sebab itu kita perlu mencari siapakah yang mampu, apakah dewa? Ternyata
bukan, Arahat, dan Praceka Buddha juga bukan. Bodhisatva pun belum mampu. Hanya
Buddha yang tercerahkan sempurna lah yang mampu memenuhi kesejahteraan semua
makhluk dengan tanpa upaya.
Oleh sebab itu pada poin ini kita seharusnya
merenungkan kembali aneka macam kualitas yang diperoleh dengan mencapai
Kebuddhaan pada topik “Berlindung” agar kita bisa mengembangkan keyakinan yang
mendalam bahwa kita mutlak perlu mencapai kemahatahuan agar bisa bermanfaat
bagi semua makhluk.
Setelah merampungkan “Tujuh Tahap Sebab Akibat”, Ko Attha
melanjutkan ke Tujuh Poin Instruksi Latihan Batin dengan menjelaskan silsilah
ajaran ini. Ko Attha mengatakan kita harus berbangga karena silsilah ini
dipegang oleh YM Serlingpa Dharmakirti, dimana beliau adalah guru Buddhisme
yang merupakan orang Indonesia.
Poin instruksi ini diawali mirip seperti tujuh tahap sebab
akibat yaitu kita harus memeditasikan bahwa kita adalah setara dengan makhluk
lainnya. Kita harus menyadari bahwa kita dan makhluk lainnya memiliki keinginan
yang sama yaitu sama sama ingin berbahagia dan menghindar dari penderitaan.
Instruksi ini dilanjutkan dengan merenengkan kesalahan
mementingkan diri sendiri dan merenungkan manfaat mementingkan makhluk lain. Apakah
benar bahwa kebahagiaan terkecil yang kita peroleh seperti bisa memperoleh
makanan ketika sedang lapar adalah karena batin yang mementingkan makhluk lain?
Mari kita baca buku Pembebasan di Tangan Kita dari halaman
237 – 248 untuk didiskusikan minggu depan.
0 comments:
Post a Comment