“Fake it ‘till you make it...Fake
it ‘till you become it” – Jimmy
Pada minggu kedua bulan maret
ini, kelas regular kembali mengulas ILF 2014 yang dijalani Desember 2014 lalu.
Kelas regular kali ini kedatangan beberapa orang baru, yaitu Siswanto,
Aprianti, dan Anita. Jadi untuk memulai kelas, moderator Jimmy dan Eddy Harsono, menanyakan alasan datang jauh-jauh ke center untuk ikut kelas. Beberapa
pendapat dikemukakan, dan bermuara pada rasa ingin memanfaatkan lebih ajaran Buddha Dharma yang telah dipelajari. Ko Jimmy mengumpamakan ,untuk mendapatkan pekerjaan yang baik yang dapat memberikan kesejahteraan, kita perlu put a lot of effort pilih jurusan yang baik. Kita harus belajar yang keras, mempersiapkan diri, dan bahan-bahan ketika mau interview, semata-mata supaya user kita kagum dan mengakui bahwa kita mampu di bidang yang kita tekuni tersebut. Tapi, ada hal lain yang kita lupakan, yang sebenarnya jauh lebih esensial, yaitu mengurus batin kita. Kita tidak pernah belajar, siapkan bahan apapun, kalaupun ada hanya sedikit sekali, untuk menghadapi "interview" ujian batin, which is showtime-nya saat kematian datang. Kalau urusan mencari pekerjaan, apabila kita tidak capable, mungkin konsekuensinya hanya tidak dipekerjakan. Namun saat menghadapi kematian, apabila kita tidak mempersiapkannya, kita akan jatuh ke tiga alam rendah. Belajar Dharma
secara sungguh-sungguh merupakan cara kita menghadapi kematian tersebut.
Kelas regular kali ini akan
melanjutkan pembahasan metode melatih batin menurut Instruksi Tujuh Tahap Sebab
Akibat dengan sebelumnya mengulang kembali Outline Lamrim agar kita dapat tahu
letak persisnya pembahasan hari ini. Instruksi Tujuh Tahap Sebab Akibat terdiri
dari 8 bagian:
- Keseimbangan batin yang tanpa batas,
- Mengenali semua mahkluk sebagai ibu-ibu kita,
- Mengingat kembali kebaikan semua ibu-ibu kita,
- Mengembangkan keinginan untuk membalas kebaikan mereka,
- Cinta kasih yang menganggap semua mahkluk sebagai yang terkasih,
- Welas asih,
- Tekad yang luar biasa, dan
- Batin Pencerahan
5) Cinta
kasih yang menganggap semua mahkluk sebagai yang terkasih
Dengan
menjalankan dan memeditasikan 4 poin sebelumnya, cinta kasih akan muncul dengan sendirinya. Cinta kasih akan menghasilkan 8 keuntungan, yaitu :
a)
Dewa dan manusia akan berteman denganmu,
b)
Dewa dan manusia akan melindungimu,
c)
Engkau akan mendapatkan kesenangan,
d)
Engkau akan mendapatkan banyak kebahagiaan,
e)
Racun tidak akan bisa melukaimu,
f)
Senjata tidak akan bisa melukaimu,
g)
Engkau akan mencapai tujuan-tujuanmu dengan
mudah, dan
h)
Engkau akan terlahir kembali di alam Brahma.
6) Welas
Asih
Di salah satu
bait pembuka Pengantar ke Jalan Tengah, Chandrakirti yang agung menuliskan :
Welas asih itu sendiri diketahui sebagai benih dari
panen sempurna Para Penakluk,
Air yang membuatnya tumbuh, dan caranya membuahkan
hasil--
Memastikan bahwa buah tersebut akan dinikmati dan
tetap ada dalam waktu yang lama.
Karena alasan ini, Aku memuji welas asih sejak dari awal
Welas asih
sangat penting di awal praktik spiritual bagaikan benih untuk mencapai
pencerahan. Welas asih pun penting sebagai penyemangat selama periode
menjalankan aktivitas bagaikan air dan pupuk yang membantu benih untuk tumbuh
berkembang. Pada akhirnya, welas asih penting diakhir praktik yang berfungsi
sebagai suatu cara yang mana semua aktivitas demi semua makhluk dari seorang
Buddha berlangsung terus tanpa terganggu.Kekuatan batin pencerahan kita sepenuhnya ditentukan oleh welas asih kita. Alasan mengapa beberapa Bodhisatwa melewati tingkatan jalan lebih cepat dari yang lain adalah juga karena welas asih yang lebih dalam yang membentuk akar praktik mereka. Sebagai contoh, jika seorang anak akan jatuh ke sebuah lubang api, orang tuanya dengan segera akan melakukan apapun yang diperlukan untuk mengeluarkannya. Anggota keluarga yang lain atau teman tidak akan melakukan tindakan tersebut secepat mereka. Alasan untuk hal ini adalah karena orang tua mempunyai welas asih yang lebih kuat untuk anaknya daripada yang dimiliki orang lain.
Lalu, apa perbedaan antara cinta
kasih dan welas asih? Secara singkat, cinta kasih terbagi menjadi dua, yaitu cinta kasih khusus dan cinta kasih umum. Cinta kasih khusus bisa tumbuh setelah melewati 4 poin diatas. Kemudian muncul welas asih, dimana kita tidak tahan melihat makhluk lain menderita. Setelah itu, muncul cinta kasih umum, dimana kita ingin membuat makhluk lain bahagia.
Untuk merenungkan kedua poin
diatas, teman-teman diminta untuk mengingat kembali penderitaan-penderitaan
kecil yang pernah dialami. Kita pasti merasakan tidak nyaman, sedih, dan menderita ketika mengalami penderitaan-penderitaan kecil tersebut dan pasti berharap supaya tidak lagi mengalami penderitaan seperti itu. Perasaan tidak nyaman, sedih, menderita, dan tidak ingin mengalaminya lagi tentu dimiliki oleh makhluk lain seandainya mereka mengalami kondisi yang sama. Dari pemahaman inilah, kita membangkitkan perasaan welas asih, perasaan yang tidak tahan melihat makhluk lain menderita, karena kita sendiri mengetahui persis bagaimana rasa tidak nyaman, sedih, dan menderita tersebut. Lalu, apakah berarti kita harus merasakan semua jenis penderitaan agar kita bisa merenungkan penderitaan semua makhluk? Tentu saja tidak, latihan yang diberikan oleh para guru ini dimaksudkan agar kita bisa melatih batin dan lebih aware terhadap apa itu penderitaan dan apa itu kebahagiaan, jangan hanya berlalu begitu saja tanpa merasakan apapun. Akhir sesi, Ko Jimmy menekankan bahwa perlunya memakai pengalaman diri
sendiri untuk dijadikan bahan perenungan.
Perenungan terakhir membayangkan penderitaan yg pernah dialami. Aku dapat suatu hal tambahan selain berharap orang lain tidak mengalamin penderitaan yg kita rasakan.
ReplyDeleteSimpel, but really ope my eyes. Sakit perut.
Selama ini agak ignorance sama yg namanya penderitaan yg drasakan orang lain. Tp setelah merasakan sakit perut jd berpikir hal yg tidak pernah kualami itu ternyata begitu menyakitkan, dan begitu jg hal lainnya. Jadi harus lebih peduli pd penderitaan orang lain. Jangan asal lewat aja..