Wednesday, March 4, 2015

01032015 Review Tahapan Jalan Menuju Pencerahan (Lamrim)

"Lamrim itu unik karena merupakan teori-teori yang dapat direnungkan. Untuk meditasi, kita perlu teori. Tanpa teori, apa yang akan dimeditasikan?" ~ Tenzin Chograb



Bulan Maret ini dibuka dengan review Lamrim oleh YM Tenzin Chograb. Melalui kebaikan hati Beliau untuk mengisi kelas Dharma hari itu, warga KCJ diingatkan kembali sampai sejauh mana praktik Lamrim yang telah dijalankan oleh masing-masing individu. Berikut ringkasan review kelas minggu lalu.

Ketiga motivasi Lamrim harus dijalankan bersama-sama, ibarat tiga buah mangkuk, ketiganya harus diisi secara bersamaan.

YM membuka kelas dengan menyebutkan tiga motivasi Lamrim, yaitu motivasi kecil, tengah dan agung. Untuk menjadi seorang Buddhis, minimal kita harus memiliki minimal motivasi kecil, yaitu mempersiapkan kebahagiaan kehidupan mendatang. Sedangkan motivasi tengah untuk terbebas dari samsara dan motivasi akhir untuk mencapai Kebuddhaan demi kebaikan Ibu-ibu kita pun harus perjuangkan untuk kita miliki.

Untuk dapat memasuki jalan mencapai Kebuddhaan, kita harus memiliki Bodhicitta (Batin Pencerahan) terlebih dahulu. Batin pencerahan dapat kita miliki setelah kita membangkitkan keinginan menolong Ibu-ibu kita yang menderita dalam samsara. Inilah yang disebut jalan Mahayana.
Sebelum memasuki jalan mahayana, terlebih dahulu kita harus membangkitkan rasa penolakan samsara. Kita harus menyadari cacat penderitaan samsara. Inilah yang disebut jalan Hinayana.
Sebelum menyadari penderitaan samsara, kita terlebih dahulu harus menyadari bahwa suatu saat kita akan mati dan ada karma yang dapat melemparkan kita ke alam baik ataupun buruk, dan hanya dengan berlindung pada Triratnalah kita dapat menolong diri kita. Di saat inilah kita baru dapat menyebut diri kita sebagai seorang Buddhis.

Kita harus mencari tahu berapa persen kita ingin kehidupan kita yang mendatang untuk bahagia, terbebas dari samsara dan mencapai Kebuddhaan.
.

YM kemudian menerangkan mengenai motivasi awal. Beliau membahas sedikit mengenai karma, alam rendah kematian dan berlindung. Beliau mengingatkan dalam belajar Lamrim, apabila ada topik yang kurang dapat dipahami, misalnya pada bagian kematian datang tiba-tiba, kita harus memperkuat pembelajaran pada topik tersebut.

Apa yang sudah kita kirim ke kehidupan kita yang mendatang?

YM kemudian melanjutkan dengan membahas motivasi tengah. Beliau menanyakan apabila kita diberi pilihan tiket, yaitu tiket ke alam dewa, tiket ke Kebuddhaan dan tiket ke Eropa, manakah yang akan kita pilih?

Ketika kematian, kita akan diuji, apabila masih ada keinginan ke alam dewa, dan kemudian kita terlahir di alam dewa dan tidak bertemu ajaran Buddha, ya sudah, bye-bye. Kalau kita terlahir di Eropa, memang secara lingkungan dan etika masyarakatnya baik, namun sangat sulit mencari Dharma di sana.


"Jika engkau tidak berjuang merenungkan kerugian-kerugian Dukkha,
Tiada aspirasi sejati untuk mencapai pembebasan akan muncul.
Jika engkau tidak merenungkan penyebab Dukkha dan bagaimana mereka mempertahankanmu di dalam samsara,
Engkau tidak akan mengetahui cara memotong akar samsara.
Bangkitkan rasa jijik dan penolakan terhadap samsara
Serta junjunglah kewaspadaan akan apa yang mengikatmu pada samsara.
Yang Mulia Guru telah mempraktikkan dengan cara ini.
Engkau, yang menginginkan pembebasan, lakukanlah hal yang sama!"
~Baris Pengalaman, Jey Rinpoche

Setelah membacakan bait tersebut, YM kemudian menjelaskan macam-macam penderitaan (Dukkha) yang ada dalam samsara, yaitu Dukkha Dukkha, Dukkha Perubahan dan Dukka Berkondisi. Ketika kita sedang menderita memang cukup mudah melihat kita sedang menderita. Namun untuk melihat kebahagiaan dan netral sebagai penderitaan itu sulit. Namun kita tetap harus berjuang untuk melihat segala penderitaan, kenetralan dan kebahagiaan sebagai penderitaan.

Kemudian YM melanjutkan dengan menjelaskan penyebab samsara. Penyebab samsara merupakan Klesha (faktor mental pengganggu) yang melekat batin kita. Dari semua klesha yang menyebabkan kita berputar-putar dalam samsara, ketidaktahuanlah yang merupakan akar dari berbagai klesha. Konsep 'Aku yang berdiri sendiri' ini merupakan ketidaktahuan yang mengikat kita dalam samsara.

Semua mahkluk hidup memiliki klesha yang melekat pada aku. Klesha inilah yang harus disalahkan atas semua keburukan yang dilakukan oleh semua mahkluk. Dari sinilah compassion untuk semua mahkluk memungkinkan untuk tumbuh.
Apabila ada seseorang yang marah pada kita, kita tidak seharusnya marah pada orang tersebut. Karena orang lain juga memiliki marah tersebut. Lantas mengapa kita tidak marah pada orang lain tetapi hanya ke orang tertentu saja? Dan kita pun juga memiliki klesha tersebut. Lantas, wajarkah jika kita marah?

YM kemudian melanjutkan dengan motivasi agung. Kita dikatakan memiliki motivasi agung apabila kita ingin menolong semua mahkluk dengan menjadi Buddha. Selain menjadi Buddha, misalnya menjadi orang terkenal, berarti bukan memiliki motivasi ini.

YM kemudian menyebutkan sedikit mengenai 7 poin instruksi latihan batin, yaitu keseimbangan batin, mengenali semua mahkluk sebagai ibu-ibu kita, mengingat kembali kebaikan ibu-ibu kita, membalas kebaikan ibu-ibu kita, cinta kasih yang menganggap ibu-ibu kita sebagai yang terkasih, welas asih agung, tekad yang luar biasa dan membangkitkan batin pencerahan.

Kita harus menumbuhkan cinta kasih kita pada mahkluk menderita (neraka, peta, binatang), mahkluk yang netral dan mahkluk yang bahagia (dewa, brahma). Mengapa kita juga harus menolong Brahma? Sama halnya dengan dewa yang akan jatruh ke alam rendah setelah karma baiknya habis digunakan untuk menjadi dewa, Brahma juga akan jatuh ke alam rendah ketika menimbulkan pandangan salah terhadap Dharma. Setelah karma baik Brahma habis, ia berpikir bahwa Dharma yang dijalankan salah karena tetap membawanya ke alam rendah, di saat itulah pandangan salah muncul dan melemparkannya pada alam rendah.


Selanjutnya, YM menjelaskan mengenai 6 paramita, yaitu dana, sila, khanti, viriya, samadhi dan prajna.


Sila seringkali dinilai hanya sebagai aturan. Namun sila ini seharusnya dijalankan untuk tidak menyakiti mahkluk lain. Terdapat 3 macam sila, yaitu sila yang menghindari, sila yang mengumpulkan kebajikan, sila yang menolong semua mahkluk.
Sila yang menghindari, antara lain membunuh, mencuri, asusila, bohong, pecah belah, tak berguna, ucapan kasar, niat jahat, pandangan salah.
Sedangkan sila yang mengumpulkan kebajikan dan menolong semua mahkluk dapat ditemukan di Boddhisatwa Vow (Sumpah Boddhisatwa).
Dengan menjaga sila kita dengan baik, kita dapat menjaga diri kita sendiri, seperti pada cerita Jataka mengenai burung yang menghentikan kebakaran hutan karena menjaga silanya tidak melukai mahkluk lain.


2 comments:

  1. Pembahasan yang amat mendalam oleh Bhante Pin, Refleksi bagi batin saya yang membandel :D

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete